REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad mengungkapkan, angka putus sekolah masih tinggi yakni mencapai 7.000 siswa. "Walau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kita sudah bagus, tak berarti meninggalkan persoalan pendidikan. Angka putus sekolah harus terus dikurangi," ujar Idris di Balaikota Depok, Jawa Barat (Jabar), Rabu (14/5) kemarin.
Menurut Idris, IPM Depok pada tahun ini sudah memenuhi target, yaitu 80 dan masih tertinggi di Jabar serta peringkat ketiga di Indonesia. Penilaian krusial IPM adalah di bidang pendidikan. Partisipasi murni untuk SLTA belum memenuhi target yang dicanangkan dalam RPJMD dan baru sampai 16,82 persen. Untuk SD, sudah hampir mendekati, yaitu sekitar 98 persen dan untuk SMLTP sudah 88 persen.
Untuk di Kecamatan Cimanggis pihaknya telah mendata anak yang putus sekolah di usia sekolah dan warga yang belum memiliki ijazah hingga SLTA. Dari data awal yang dihimpun, ada sekitar 200 anak putus sekolah di Cimanggis, dan itu belum termasuk warga yang tak berijazah.
"Saat di Tapos, kami menemukan sekitar 10 orang ibu yang tidak tamat SD. Untuk itu, kami imbau para orang tua yang memang belum bersekolah hingga SLTA, bisa mendaftar ke sekolah terdekat," pinta Idris yang menambahkan untuk mensukseskan program penyelesaian anak putus sekolah, harus didorong mengikuti Kejar Paket dan harus diawali dengan belajar, tidak sekadar ikut tes atau ujian saja.
"Segera daftar ke sekolah terdekat dan semuanya gratis," imbuhnya.