REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak terbentuknya tahun 2002, Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA) telah banyak membantu penduduk Palestina saat bencana perang yang tidak berkesudahan hingga saat ini. Mereka telah tiga kali mengirimkan bantuan secara langsung ke kamp pengungsian di terutama di jalur Gaza.
MUNAS II yang diselenggarakan di Hotel Sofyan Betawi, Jl Cut Mutia No 9, Sabtu (10/5) lalu untuk mengevaluasi kegiatan dan program kerja selama lima tahun terakhir. Meskipun program bantuan secara terus menerus disalurkan tetap ada program yang masih belum maksimal.
Ketua KISPA Ustaz Ferry Nur mengatakan dalam Munas kali ini pihaknya akan mengatur strategi agar segala program kerja yang telah direncanakan dapat berjalan efektif dan efisien. “Kami harus lebih fokus dalam membantu umat Muslim di Gaza, Palestina, terutama pengungsi yang telah menyebar di berbagai negara seperti di kamp Yarmouk, Suriah,” ujar dia.
Menurutnya, kondisi di Suriah, terutama para pengungsi cukup memprihatinkan. Meski jauh dari medan pertempuran, ada saja pengungsi yang meninggal karena sakit, lingkungan yang buruk dan kekurangan makanan dan minuman.
Begitu juga dengan penduduk yang masih bertahan di jalur Gaza yang harus bertempur secara langsung dengan zionis Israel.”Kami sudah tidak dapat mengantar langsung bantuan, karena pintu satu-satunya Pintu Rafah menuju jalur Gaza telah ditutup oleh pemerintah Mesir,”ujar dia.
Selain kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, dan pakaian, Ferry mengatakan akan terus memberikan informasi mengenai Masjidil Aqsa yang terus menerus dinodai oleh Zionis Israel. “Hingga saat ini mereka telah berani melarang penduduk Muslim untuk shalat di Masjidil Aqsa dan ini hal yang keji,”ujar dia.
Umat Muslim pun tak hanya bisa membantu berdasarkan materil saja. “Kami mohon pada umat muslim di Indonesia untuk selalu memanjatkan doa bagi penduduk Palestina negeri para nabi,”ujar dia.