Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Pada pemerintahan kedua ini, Khadijah pun digulingkan kembali oleh suami keduanya dan seorang menteri bernama Abdullah I.
Dia pun turun takhta sambil menunggu untuk merebutnya kembali dari suami keduanya.
Pada 1376 m, Khadijah berhasil merebut kekuasaan di Maladewa hingga 1380 M. Dia berhasil mempertahankannya sampai dia dengan ikhlas menyerahkan tampuk kekuasaan kepada sang adik, Raadhafathi.
Sejak pemerintahan pertama, terhitung dia mampu memimpin Maladewa selama 30 tahun. Meskipun mendapatkan rintangan dari suami dan bawahannya, dia mampu mempertahankan warisan takhta yang berasal dari sang kakek pada adik perempuannya.
Suami pertama Khadijah merupakan seorang khatib. Jameel atau Jamaluddin setelah menikah menjadi seorang menteri. Dia memang memiliki kendali kekuasaan di Maladewa. Namun, dia hanya menjalankan kekuasaan tersebut di bawah nama sang istri.
Suami pertamanya ini sering menyampaikan perintah untuk dikerjakan pejabat pemerintahan. Perintah tersebut ditulis di atas daun-daun palem. Karena merasa laki-laki adalah superior, Jameel merebut kekuasaan.
Setelah berpisah dan menikah lagi, suami kedua Khadijah juga melakukan hal yang sama. Bahkan, Khadijah terancam dibunuh. Sejak saat itu, wanita di Maladewa tidak mau makan bersama dengan suami mereka.
Khadijah bukan satu-satunya wanita yang memimpin di Maladewa. Setelah adiknya memimpin, anak dari adiknya Sulatanah Fatimah kemudian memimpin Maladewa sebagai kerajaan Islam.
Sejak Khadijah memimpin, Maladewa hingga berpuluh-puluh tahun selalu dipimpin oleh seorang wanita. Wanita Maladewa memang terkenal dengan keperkasaannya