REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar serius berupaya menciptakan poros baru bersama Partai Demokrat. Sebagai tindak lanjut terbentuknya koalisi, kedua partai membentuk tim enam. Langkah itu diambil sebagai tindak lanjut pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie di Istana Negara pada pekan lalu.
"Kita membentuk tim enam, dari Golkar adalah MS Hidayat, Idrus Marham, dan Agung Laksono. Dari Demokrat, Jero Wacik, Syarif Hasan, dan Ibas," kata Wakil Ketua Umum Golkar Bambang Soesatyo dalam diskusi Epicentrum Kebangsaan bertajuk 'ARB dan Arah Koalisi Partai Golkar' di Jakarta, Jumat (16/5).
Bambang menyatakan, pembentukan tim enam sebagai sikap Golkar yang menerima ajakan Demokrat. Pasalnya, yang mengajak koalisi adalah Demokrat. Adapun, Golkar masih menunggu keseriusan Demokrat.
Kendati begitu, Bambang menaruh rasa curiga dengan ajakan SBY. Dia mencium upaya itu sebagai bentuk perangkap yang bisa merugikan Golkar. "Kita menyikapinya dengan hati-hati, kita tidak ingin masuk jebakan batman," kata anggota Komisi III DPR itu.
Menurut dia, rencana koalisi dengan Demokrat sangat aneh. Itu lantaran calon mitranya itu malah menginginkan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai capres. Sedangkan, cawapres diambil dari pemenang konvensi Demokrat.
"Kita tidak tertarik ke sana, karena Sultan terikat banyak aturan kalau mau maju. Itu wacana Demokrat," katanya.
Karena mencium ketidakberesan terkait ajakan Demokrat, ia malah mendorong Golkar berkoalisi dengan PDIP. Selain untuk mengulang koalisi kebangsaan seperti di Pemilu 2004, juga dengan pertimbangan peluang menangnya lebih besar.