Ahad 18 May 2014 09:24 WIB

301 Jenazah Ditemukan di Tambang Soma

Rep: Puti Almas/ Red: Muhammad Hafil
  Tim penyelamat menyelamatkan seorang pekerja terjebak dalam tambang batu bara di Soma, Turki Barat, Rabu (14/5).
Foto: AP/Emrah Gurel
Tim penyelamat menyelamatkan seorang pekerja terjebak dalam tambang batu bara di Soma, Turki Barat, Rabu (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SAVASTEPE -- Dua jenazah pekerja kembali ditemukan dalam bencana ledakan dan kebakaran tambang batu bara di Soma. Penemuan dua jenazah ini sekaligus mengakhiri pencarian para pekerja dalam bencana tambang terburuk di Turki kali ini.

Jumlah korban keseluruhan pada bencana ledakan dan kebakaran adalah 301 orang. Kementerian Energi Turki mengatakan semua sudut di dalam pertambangan telah digeledah, tidak ada lagi jasad maupun pekerja yang masih hidup ditemukan. 

"Semua sudut tambang telah diperiksa oleh tim penyelamat, tidak ada lagi pekerja yang ditemukan," ujar Taner Yildiz, menteri Energi Turki pada Sabtu (17/5). Saat ini, Kementerian Energi akan berfokus pada penyelidikan untuk mencari tahu penyebab bencana di tambang terjadi.

Selain akan melanjutkan penyelidikan tentang penyebab ledakan dan kebakaran di tambang batubara, Kementerian Energi mengatakan juga akan terus berada di Soma untuk memberi dukungan. Yildiz mengatakan pihaknya akan terus memberi dukungan psikologis dan sosial terhadap keluarga korban yang ditinggalkan. "Kami tidak akan meninggalkan Soma karena pencarian telah berakhir, dukungan psikologis dan sosial akan terus kami lakukan," ujar Yildiz, Sabtu (17/5).

Sementara itu mengenai penyebab kecelakaan yang masih diselidiki hingga kini, para pejabat dan pengurus tambang bersikeras jika kejadian itu akibat kelalaian mereka. Pihaknya mengatakan jika selalu melakukan pemeriksaan rutin terhadap tambang serta keamanan di dalamnya. "Kematian para pekerja murni karena asap dari bawah tanah dan mereka tidak mengenakan masker pelindung," ujar Akin Celik, manager operasi tambang.

Erdal Bicak (24), salah satu pekerja  tambang yang selamat mengatakan jika yakin bencana ledakan dan  kebakaran itu terjadi karena kelalaian perusahaan. Ia mengatakan tingkat kadar gas metana dalam pertambangan itu sudah melebihi batas aman. "Manager tambang telah mengetahui hal itu melalui mesin pengukur gas, namun kami tidak diberitahu," ujar Bicak menjelaskan.

Namun, Bicak juga mengatakan jika terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab bencana ledakan dan kebakaran ini. Menurutnya, penyebab ini pasti akan diketahui melalui sejumlah penyelidikan yang dilakukan. "Bencana ini menjadi pelajaran berharga bagi dunia pertambangan nantinya," ujar Bicak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement