Ahad 18 May 2014 21:21 WIB

Pemimpin Islam di Cina: Teroris Tak Bisa Masuk Surga

Dua orang Muslim Uighur di Xinjiang melintas di depan parade militer Cina.
Foto: AP
Dua orang Muslim Uighur di Xinjiang melintas di depan parade militer Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI-- Para pemimpin tertinggi Islam di Cina mendesak Muslim di negara itu, untuk melawan segala bentuk ekstrimisme agama. Mereka juga menentang aksi terorisme dan kekerasan yang terjadi sejak Maret lalu, di wilayah otonomi Xinjiang Uygur.

Pada Rabu dan Kamis lalu (14-15/5), sekitar 80 pemimpin agama dan ulama Islam berkumpul di ibukota Xinjiang, Urumqi. Mereka membahas doktrin Islam dengan mengutip al Quran dan ajaran Nabi Muhammad.

Pada Kamis (15/5), para pemimpin Islam tersebut kemudian menyerukan kepada umat Muslim di Cina, agar menjaga perilaku. Selain itu, umat Islam Cina juga diminta untuk menolak bentuk ekstrimisme agama dan memperbaiki pandangan moral mereka.

Direktur Asosiasi Islam Xinjiang, Abulitif Abdureyim mengatakan, pemerintah di semua level telah menolak tindakan tersebut. "Para penyerang yang melakukan kegiatan teroris tidak bisa masuk syurga, karena mereka telah melanggar ayat dalam al Quran," tutur Abulitif, seperti dilansir dari ChinaDaily (16/5).

Sementara itu, seorang profesor studi agama dari Universitas Renmin China mengatakan, kelompok separatis adalah sumber utama terorisme di Xinjiang. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah  serangan dan kekerasan terjadi di China.

Pihak kepolisian, organ pemerintahan dan warga sipil, menjadi sasaran serangan tersebut. Sebagian besar serangan terjadi di wilayah Xinjiang, Cina bagian barat. Laporan keamanan nasional Cina mengatakan (6/5), faham ekstrimisme agama tersebut adalah alasan utama terhadap serangkaian serangan teroris yang terjadi tahun lalu di Cina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement