Senin 19 May 2014 00:01 WIB

Gagal Menghindari Ajal (1)

Kematian (ilustrasi).
Foto: Dailymail.co.uk
Kematian (ilustrasi).

Oleh: Nashih Nashrullah

Sebesar apa pun usaha yang ditempuh guna menghindari kematian, mustahil bisa tercapai.

Pada masa sekitar 570 SM-622 M, Nabi Hazqiyal berdakwah mengajak Bani Israel kepada kebaikan dan tauhid yang murni.

Yehezkiel, demikian dikenal dalam sejarah agama Yahudi, diutus oleh Allah SWT setelah masa kenabian Musa dan sebelum Nabi Ilyas bin Yasin.

Kehadiran Hazqiyal di tengah-tengah Bani Israel teramat penting. Hal ini mengingat tingkat keprofanan akidah mereka pascameninggalnya Musa. Mereka menyembah berhala dan salah satu “Tuhan”, yakni Ba’al. Maka dari itu, tugas Hazqiyal tidaklah mudah.

Selain meluruskan akidah Bani Israel yang telah melenceng jauh, pada saat yang sama Hazqiyal juga dituntut mampu mempertahankan penegakan syariat, minimal meneruskan apa yang sebelumnya telah diserukan oleh Musa AS.

Kerusakan akidah yang menjangkiti Bani Israel berimbas pada terdegradasinya perilaku dan praktik-praktik keagamaan.

Salah satunya ialah perintah jihad. Seruan yang satu ini memang membuat tak sedikit kalangan Bani Israel menciut nyalinya.

Bahkan, ribuan dari mereka memilih untuk kabur menjauh. Alasan utama pelarian itu tak lain mereka takut menghadapi kematian. Isyarat tentang kisah ini disebutkan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 243.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka, ‘Matilah kamu’, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (bersambung)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement