Senin 19 May 2014 16:09 WIB

Ini Misi Partai Sayap Kanan di Parlemen Uni Eropa

Geerts Wilders.
Foto: AP
Geerts Wilders.

REPUBLIKA.CO.ID,  BRUSSEL -- Pemilu parlemen Uni Eropa akan berlangsung 22-25 Mei mendatang. Sebanyak 751 kursi diperebutkan 28 negara anggota Uni Eropa.

Partai Sayap Kanan Eropa jelas akan memanfaatkan momentum tersebut untuk memperkuat posisi mereka. Jadi, sulit untuk mengatakan tidak ada misi dari perhelatan itu. "Jajak pendapat terbaru menunjukan, partai sayap kanan akan melaksanakan misi yang melebihi apa yang mereka ingin capai sejak Perang Dunia II," ungkap Tony Burman, Mantan Kepala CBC News dan Al-Jazeera, dalam artikelnya seperti dilansir The Star, Senin (19/5).

Menurut Burman, sudah pasti usaha yang dilakukan partai sayap kanan akan menyebabkan kecemasan di kalangan Eropa dan luar Eropa. Faktanya, di beberapa negara utama yang tergabung di Uni Eropa, partai sayap kanan memegang posisi kunci.

Di Prancis misalnya, partai sayap kanan Front Nasional menargetkan 20 kursi dari 74 kursi jatah Prancis di Uni Eropa. Memang, saat ini mereka hanya menguasai dua kursi. Di Belanda, pimpinan sayap kanan Belanda, Geert Wilders juga merencanakan hal serupa.

"Pergerakan sayap kanan di Yunani, melalui Golden Dowan, juga mengincar banyak kursi. Begitu pula dengan partai Ultranasionalis Hungaria, Jobbik, juga akan mencapai hal serupa," kata Burman.

"Wilders tengah berburu kekuasaan di Eropa. Dia ingin menjadi bagian d ari gerakan yang lebih luas, dan ingin lebih berpengaruh di Parlemen Eropa," ungkap Adriaan Schout, peneliti senioir,  Clingendael Institute for International Relations.

Pada November lalu , enam partai sayap kanan Eropa telah mengadakan pertemuan rahasia untuk bergabung untuk pemilihan Parlemen Eropa Mei mendatang. Mereka menempatkan isu anti-imigran dan anti-Islam sebagai strategi meraih simpati.

Untuk menjadi mayoritas di Parlemen Eropa, butuh tujuh negara yang berkoalisi. Apabila itu tercapai, mereka mendapatkan keleluasaan pergerakan di parlemen. Saat ini, Parlemen Eropa masih melihat isu pengangguran dan ekonomi, sebagai bahasan penting. Juga dengan masalah Islamisasi dan keberagamaan yang kerap menjadi perhatian serius.

Melihat dari situasi itu, pengamat percaya kalangan sayap kanan tengah mempercepat retorika mereka terhadap minoritas Muslim dalam beberapa tahun terakhir. Di Belanda, Wilders mendorong larangan berjilbab dan memutus masuknya imigran dari negara-negara Islam.  Di Swedia, kalangan sayap kanan telah berencana memberlakukan moratorium pembangunan masjid.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement