REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pangsa pasar bank BUMN terancam kian tergerus jika tidak cepat mengonsolidasikan struktur permodalan dan aspek regulasinya, apalagi saat ini semakin banyak bank-bank asing berskala global yang mengakuisisi bank-bank swasta.
Pengamat Perbankan Fadli di Jakarta, Senin, mengatakan saat ini bank-bank BUMN masih bisa bertahan dari gempuran bank-bank asing, namun, eksistensi bank-bank BUMN bisa terancam, jika pemerintah tidak terus memperkuat struktur permodalan dan regulasi.
"Peringatan hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita semua untuk menyadari pentingnya konsolidasi perbankan guna menghadapi gencarnya gempuran bank-bank asing," kata dia.
Menurut Fadli, bank-bank asing banyak mengincar bank-bank nasional dan menjalankan bisnis perbankan di Indonesia, karena pangsa pasar yang masih luas dan marjin yang besar.
"Pasar di Indonesia ini sangat disukai oleh bank-bank asing, karena bunganya besar. Apalagi penetrasi kredit terhadap PDB masih sangat kecil," katanya.
Dia menambahkan, meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran bank-bank asing, pangsa pasar mereka bisa terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang telah digeluti bank BUMN, seperti kredit pemilikan rumah (KPR).
"Untuk itu, diperlukan konsolidasi seperti wacana kemarin, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur permodalannya kian kuat, sehingga bunga KPR BTN yang tinggi bisa turun," katanya.
Menurut Fadli, jika posisi BTN semakin kuat dan bunganya bisa turun, maka akan sulit bagi bank-bank asing untuk merebut nasabah BTN. "Selama ini kan bunga KPR BTN sangat mahal. Jadi, kalau ada bank swasta yang dimiliki asing menawarkan bunga sedikit lebih rendah saja, nasabahnya akan pindah," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) Reagy Sukmana mengatakan, pemerintahan baru mendatang wajib menjalankan konsolidasi perbankan. Pasalnya, bank-bank BUMN akan menghadapi persaingan berat, ketika pasar bebas Asean diberlakukan tahun depan dan liberalisasi perbankan pada 2020.
"Dari segi aset, bank-bank nasional masih kalah jauh dari DBS, OCBC, UOB. Apalagi aset bank-bank BUMN jika digabungkan keempatnya, masih jauh dari DBS," kata dia.
Menurut Reagy, pihaknya yakin tim ekonomi calon presiden Joko Widodo, yang akan diisi penuh dari kalangan profesional, akan menilai penting konsolidasi perbankan untuk dijalankan.
Dia menilai, jika konsolidasi tidak dijalankan, bank-bank nasional ke depannya akan berat bersaing dengan bank-bank asing.
Konsolidasi perbankan juga akan memperkuat bank-bank nasional, karena akan bisa lebih efisien, seperti halnya BUMN semen, yang kini telah menjadi pemain regional yang kuat, tangguh, dan diperhitungkan.