REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemimpin junta militer Thailand Prayuth Chan-ocha telah mengumumkan dirinya sebagai Penjabat Perdana Menteri sampai seseorang dapat ditemukan untuk memangku jabatan penuh.
Prayuth, yang juga adalah Kepala Angkatan Darat, akan bertindak sebagai Penjabat Perdana Menteri bagi tujuan administratif, kata Bangkok Post pada Jumat, dengan mengutip satu pengumuman oleh Dewan Pemelihara Ketenangan dan Perdamaian Nasional, yang didirikan setelah kudeta pada Kamis (22/5).
Pengumuman itu dikeluarkan pada Kamis larut malam. Prayuth Chan-ocha pada Kamis mengumumkan kudeta, dan mengatakan tindakan itu bertujuan menghentikan bertambahnya korban jiwa dan mencegah konflik di negara tersebut makin parah, demikian laporan Xinhua, Jumat pagi.
Di dalam pidato kepada rakyat Thailand, ia mengatakan untuk memulihkan ketenangan di negeri tersebut, Angkatan Bersenjata Thailand perlu merebut kekuasaan.
"Agar negara ini bisa kembali ke keadaan normal dalam waktu cepat, Dewan Pemelihara Ketenangan dan Perdamaian Nasional --yang terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Bersenjata Thailand, Angkatan Udara Kerajaan dan Polisi-- perlu mengambil-alih kekuasaan pada 22 Mei, pukul 16.30."
Prayuth mengatakan dewan itu dibentuk untuk merebut kekuasaan dan pengambil-alihan kekuasaan tersebut perlu dilakukan untuk melindungi nyawa rakyat. Ia meminta masyarakat agar menjalani kehidupan sehari-hari mereka seperti biasa.
Ia juga mengatakan pengambil-alihan itu takkan mempengaruhi hubungan internasional.