REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Setelah menandatangani kesepakatan pasokan gas dengan Rusia, Cina langsung merasakan manfaatnya. Pada Kamis (22/5), kesepakatan bersejarah itu membuat semua harga saham perusahaan gas melonjak tajam di seluruh papan bursa.
''Kerja sama ini akan membawa darah baru untuk industri gas dalam negeri,'' kata pengamat komoditas, Sun Yang, dikutip dari kantor berita Cina, XinHua. Sun memperkirakan industri konstruksi pipa, peralatan manufaktur dan perusahaan gas akan terdorong untung karena kesepakatan tersebut.
Perjanjian 30 tahun pasokan gas Rusia ke Cina dilakukan pada Rabu di Shanghai antara China National Petroleum Corp (CNPC) dan Gazprom Rusia. Perundingan mengenai kesepakatan ini telah dilakukan selama satu dekade oleh dua negara.
Direktur China Oil & Gas Center, Dong Xiucheng mengatakan, impor gas dari Rusia akan mempercepat reformasi harga gas di Cina. Dalam jangka panjang, kenaikan harga tidak akan bisa dihindari.
''Tapi intinya adalah kesepakatan ini menjamin impor gas tidak akan membuat Cina mengalami kerugian,'' kata Dong. Karena, tambahnya, dalam jangka panjang, tekanan harga memang akan terus datang. Namun dengan konsistennya pasokan gas, kerugian bisa dihindari.
Dia mengatakan Cina sangat membutuhkan perbaikan strutur energi dengan memotong konsumsi batu bara dan beralih ke energi yang lebih bersih. Pemerintah pun berjanji untuk meningkatkan penggunaan energi non-fosil sampai 15 persen dalam konsumsi energi secara keseluruhan di negara itu pada tahun 2020.
Penggunaan gas alam juga harus mencapai angka 15 persen untuk seluruh konsumsi pada 2020. Saat ini tingkat konsumsinya masih rendah yaitu 5,9 persen.
Pengamat industri gas yang bekerja untuk industri kimia, Lyu Ying mengatakan kerjasama Rusia Cina ini menguntungkan dua belah pihak dan menciptakan "win-win solution". Perjanjian memungkinkan Rusia memperluas pasar gasnya, dari pasar saat ini yang didominasi Eropa.