Jumat 23 May 2014 23:31 WIB

Partai Sayap Kanan Kalah di Parlemen

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Bendera Belanda
Bendera Belanda

REPUBLIKA.CO.ID, DENHAAG– Populis anti Uni Eropa asal Belanda Geert Wilders harus menerima kekalahan dalam pemilihan anggota parlemen Eropa yang digelar di Belanda dan Inggris, Kamis (22/5). Wilders yang merupakan blok sayap kanan padahal diprediksi mendapat suara banyak karena keuntungan wilayah.

Hasil penghitungan suara menunjukan angka yang mengecewakan bagi Wilders, yang dikenal anti islam. Sebanyak 400 juta orang Eropa memenuhi syarat melakukan pemilihan dalam pemilu empat hari di 28 negara anggota Uni Eropa.

Pemilihan anggota baru dalam parlemen UE diharapkan dapat mengakhiri krisis di Eropa seperti krisis zona euro dan krisis Ukraina. Exit poll IPSOS yang dipublikasikan oleh lembaga penyiaran Belanda NOS menyatakan partai Wilders for Freedom hanya mendapatkan 12,2 persen suara, menurun 17 persen dari pemilu 2009.

Exit poll tersebut memprediksi partai tengah pro Eropa D66 dan CDA Chistian Democrats menang lebih banyak suara, sekitar masing-masing 15,6 persen dan 15,2 persen. Pengamat memprediksi kekalahan partai Wilders disebabkan pemilih berubah mendukung euroskeptis.

Berdasarkan hasil, maka PVV mendapatkan tiga kursi parlemen sementara D66 dan CDA mendapat empat. Para Wilders terdiam dengan hasil exit polls. ‘’Ini mengecewakan, namun kami akan terus bertarung keras di Brussels,’’ kata Wilders dikutip AFP. Mereka juga bertekad mencari pihak lain untuk berkolaborasi.

Belanda hanya mengirim 26 anggota parlemen dari total jatah 751 kursi parlemen UE. Prediksi perolehan kursi terbanyak jatuh pada Partai kemerdekaan Inggris UKIP yang dipimpin oleh Nigel Farage.

Sebagian besar negara anggota akan memilih pada Ahad. Republik Ceko dan Irlandia akan memilih pada Jumat, sementara Latvia, Malta juga Slovakia pada hari Sabtu. Hasil akhir akan diumumkan pada Ahad pukul 21.00 waktu setempat. Hasil akhir di Inggris, Prancis dan Italia diprediksi akan dimenangkan oleh partai euroskeptis.

Menurut jajak pendapat, kenaikan partai UKIP telah mengguncang pendirian politik Inggris. Kenaikan ini dilihat memungkinkan karena Perdana Menteri David Cameron dari partai Konservatif berjanji adakan referendum keanggotaan Inggris di UE pada 2017.

Farage telah memutuskan untuk tidak bergabung dengan blok sayap kanan, seperti partai Wilders dan Front Nasional Prancis  yang dipimpin oleh Marine Le Pen. Ia mengatakan Front Nasional anti guncangan. Saat ia memberikan suara di sekolah, Farage menolak klaim bahwa pihaknya rasis dan ingin menyebabkan politik "gempa bumi". Partainya diharapkan mendapat sembilan kursi di parlemen.

Sementara, Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menghidupkan kembali perdebatan tentang sisi lain dari Selat Inggris. Ia mengatakan bahwa reformasi Uni Eropa diperlukan untuk menghentikan bangkitnya partai-partai populis.

Dalam sebuah opini yang diterbitkan Kamis, Sarkozy menyerukan akhir dari bebas visa untuk wilayah Schengen Eropa. Juga dalam penciptaan sebuah blok ekonomi Prancis-Jerman di jantung zona euro.

Meningkatnya dukungan terhadap partai euroskeptis dan partai yang jauh dari blok sayap kanan juga disinyalir karena tingkat imigrasi yang tinggi. Sekitar 26 juta orang berkerja melintasi batas UE sehingga mereka butuh pemerintah yang mendukung imigrasi sekaligus anti platform UE.

Opini terakhir menunjukan euroskeptis mampu mengamankan sekitar 100 kursi di parlemen baru. Survey oleh PollWatch menunjukan partai Konservatif unggul tipis atas lawannya partai Sosialis. Diantaranya konservatif Partai Rakyat Eropa (EPP) dengan 217 kursi dan sosialis Partai Sosialis dan Demokrat (S&D) dengan 201 kursi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement