Sabtu 24 May 2014 21:08 WIB

Pabrik Topi Ikonik Australia Kekurangan Bahan Baku Kelinci

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, KEMPSEY -- Lebih dari satu abad, topi merek Akubra telah menjadi bagian dari simbol atau identitas masyarakat pribumi dan perdesaan di Australia. Namun berkurangnya pasokan kelinci lokal memaksa merek topik ikonik dari Australia ini harus mencari bahan baku dari luar negeri.

Direktur pengelola Pabrik Topi Akubra, Stephen Keir mengatakan ketika keluarganya mendirikan bisnis topi ini sebelum merebak wabah penyakit kelinci pada  awal abad ke-20, bisnisnya sangat  berkembang.

"Bulu kelinci merupakan bulu  terbaik untuk membuat topi, dan industri kelinci pada tahun 40-an dan 50-an ketika itu sangat bagus, jumlah kelinci liar masih banyak sekali tidak seperti sekarang ini yang kebanyakan berasal dari kelinci hasil pembiakan di peternakan,” katanya, baru-baru ini.

"Bisnis kami dimulai di Tasmania sebagai usaha pemotongan bulu dan kemudian kami pindah ke Sydney dan mulai membuat topi. Kakek buyut saya menikah dengan anak bosnya dan generasi selanjutnya terus melanjutkan bisnis ini sampai giliran saya sekarang ini,” Keing berkisah.

Saat ini pabrik Akubra berada di Kempsey, New South Wales dan mempekerjakan 85 orang warga lokal.

Namun Stephen Keir mengatakan selama satu dekade terakhir produksi topi mereka semakin sulit.

Menurutnya butuh 12 ekor kulit kelinci untuk membuat satu topi, sementara pasokan bahan baku kelinci domestik  tidak ada.

"Ketika wabah penyakit Calicivirus merebak, ekspor daging kelinci sempat dikarantina dan banyak pemasok kelinci liar dan kelinci jinak kami yang bangkrut,"

"Dari awalnya ada 8 pemasok hanya tersisa satu saja, dan usaha mereka tidak penah kembali pulih. Dan seluruh industri mulai berjatuhan begitu juga industri kelinci di Australia semakin sulit, biaya produksi membengkak, sangat menyedihkan,” kenangnya.

 

Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia gratis - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement