REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ribuan jiwa warga dari dua desa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kini kesulitan air bersih menyusul rusaknya sumber air dan jaringan pipa akibat bencana alam banjir dan tanah longsor belum lama ini.
"Sudah sepekan ini, warga Desa Kadidia dan Kamarora yang dilanda banjir dan tanah longsor kesulitan air bersih," kata Sekretaris Camat Nokilalaki, Yahya Kulu, Sabtu (24/5).
Ia mengatakan dua desa dilanda bencana alam banjir dan tanah longsor itu saat ini dihuni sekitar 1.000 kepala keluarga (KK) terdiri ribuan jiwa. Sebanyak 750 kk di antaranya tersebar di Desa Kamarora dan sisanya di Desa Kadidia.
Sumber air bersih di dua desa itu rusak diterjang banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pada 20 Mei 2014 sekitar pukul 22.30 Wita.
Banjir tersebut juga menghancurkan jaringan pipa air di dua desa yang terletak di pinggiran kawasan hutan taman nasional. Sebagian warga terpaksa mengambil air sungai untuk kebutuhan masak, minum dan keperluan sehari-hari lainnya.
Memang, katanya, Pemkab Sigi telah menyuplai air bersih melalui mobil tangki milik pemerintah daerah, tetapi tetap belum bisa melayani kebutuhan semua warga.
Yahya mengatakan saat banjir melanda dua desa di Kecamatan Nokilalaki, bak sumber air bersih di Kamarora dan Kadidia hanyut terseret air bah.
Bahkan bak air di Desa Kadidia yang dibangun sekitar 250 meter dari permukiman warga hanyut diterjang banjir. Bak air bersih yang berukuran sekitar 3 meter x 3 meter itu terseret banjir sampai ke pinggiran jalan raya. Namun tidak ada korban jiwa dalam musibah bencana alam tersebut.
Masyarakat berharap Pemkab Sigi segera memperbaiki sarana air bersih yang rusak akibat bencana alam agar masyarakat tidak lagi minum air sungai.