Senin 26 May 2014 17:42 WIB

Menghidupkan Masjid (1)

Rep: hannan putra/ Red: Damanhuri Zuhri
Pengajian karyawan di Masjid Ar Rahman komplek Kantor Pusat Jasamarga, Kramatjati, Jakarta Timur.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengajian karyawan di Masjid Ar Rahman komplek Kantor Pusat Jasamarga, Kramatjati, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Jumlah masjid belum diimbangi kemakmuran.

Semakin terus bertumbuhnya populasi Muslim, turut berimbas pada bertambahnya jumlah masjid. Faktor lain bertambahnya masjid, ujar Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Darukuthni, adalah saat masyarakat Muslim mengalami pengembangan keagamaan.

Bertambahnya hunian penduduk berpengaruh pada perlunya masjid sebagai sarana ritual keagamaan dan kegiatan masyarakat. Saat ini masjid yang terdapat di Indonesia biasanya dikelola secara swadana. Pemerintah tidak turut campur secara khusus melalui pembangunannya.

“Kalaupun ada, biasanya hanya masjid setingkat gubernuran, bukan perencanaan yang masuk program kerja pemerintah,” ujar Imam Darukuthni menjelaskan.

Imam menyebut saat ini jumlah masjid belum merata di seluruh Indonesia. Masjid terbanyak masih berada di Pulau Jawa. Menurut DMI, di Indonesia ada 300 ribu masjid dan 500 ribu mushala yang terdata.

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Muslim di Indonesia, setiap satu masjid dapat mengakomodasi 250 jamaah. Imam menilai pertumbuhan masjid ini masih kurang diikuti upaya memakmurkannya.

“Memakmurkan masjid bukan hanya mengenai shalat berjamaah karena itu sudah dasar dan kewajiban setiap Muslim,” katanya.

Hal paling penting, yakni ketika mengembalikan fungsi masjid seperti pada masa Rasulullah sebagai pusat komunitas.

Masjid tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah saja. Tetapi, di dalamnya terdapat fungsi sosial, pendidikan, dan ekonomi.

Masjid tidak hanya perlu dimakmurkan oleh jamaah, tetapi juga harus mampu memakmurkan jamaah.

Saat ini, DMI telah memberdayakan masjid dalam bidang pendidikan dari usia dini hingga orang lanjut usia. Program tersebut

telah diselenggarakan di 1.150 masjid dengan mendirikan PAUD bekerja sama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Tahun ini pihaknya berharap terdapat 3.000 masjid yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas PAUD. Imam berharap masjid tidak hanya ramai saat shalat berjamaah saja setelah itu kosong.

Selain pendidikan, masjid juga perlu melakukan pemberdayaan ekonomi. DMI pun menginisiasi simpan pinjam di masjid berdasarkan sistem syariah. “Masyarakat kita pola pikirnya masih meminjam di rentenir atau ke orang dengan bunga besar,” katanya.

Imam berharap program pemberdayaan masjid untuk memakmurkan dan dimakmurkan jamaah ini dapat berjalan secara berkesinambungan.

Pengelolaan keuangan masjid yang konvensional pun harus diubah. Infak yang terkumpul jangan sampai mengendap dan hanya digunakan untuk perbaikan dan kebersihan. “Gulirkan buat modal atau bantu masyarakat sekitar masjid agar tidak kelapa

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement