REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Militer Nigeria melaporkan sudah mengetahui lokasi lebih dari 200 gadis yang diculik kelompok bersenjata Boko Haram. Dalam proses penyelamatan, pihak militer tidak akan menggunakan kekerasan.
"Berita baik untuk para orang tua gadis-gadis itu adalah bahwa kami tahu di mana mereka, namun tidak bisa kami beritahukan," kata Kepala Staf Pertahanan Nigeria Marsekal Alex Badeh, Senin (26/5) waktu setempat.
Badeh mengatakan tak akan ada cara kekerasan untuk melakukan pembebasan para sandera kelompok Boko Haram tersebut. ''Di mana mereka ditahan? Apakah kita bisa ke sana dengan kekuatan? Kami tidak bisa membunuh gadis-gadis itu mengatasnamakan upaya pembebasan."
Tujuh minggu setelah kelompok militan Boko Haram menculik lebih dari 200 gadis yang tengah menjalani ujian di satu sekolah menengah di desa terpencil Chibok, banyak pihak menilai, tidak banyak informasi mengenai keberadaan mereka atau apa yang dilakukan militer untuk menyelamatkan anak-anak itu.
Sebagian besar pejabat berpikir serbuan untuk menyelamatkan mereka akan menjadi berbahaya dan kemungkinan para gadis itu akan dibunuh oleh penculiknya, kelompok bersenjata Boko Haram yang dikenal radikal.
Sejak para gadis itu diculik, setidak-tidaknya 470 warga sipil dibunuh oleh Boko Haram yang ingin mendirikan provinsi Islam di berbagai wilayah di Nigeria.
Stasiun penyiaran jaringan radio Inggris (BBC) pada Senin melaporkan bahwa pihak berwenang sudah hampir mencapai kesepakatan untuk membebaskan para gadis itu dengan pertukaran tahanan Boko Haram. Mereka sempat mengajukan satu tuntutan di hadapan publik, namun dibatalkannya.
Sepanjang akhir pekan lalu, presiden senat Nigeria David Mark menyingkirkan peluang untuk bernegosiasi dengan Boko Haram.
"Pemerintah tidak bisa bernegosiasi dengan penjahat, dan tidak akan menukar warga dengan para penjahat. Seorang penjahat akan dipelakukan seperti pejahat," katanya sepeti dikutip media lokal.