REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perusahaan Australia-Inggris, Rio Tinto telah menggolkan perjanjian untuk mulai membangun sebuah tambang yang diramalkan akan menjadi tambang terbesar di Afrika saat ini. Rio Tinto dan rekan-rekan perusahaan tersebut mengaku telah menemukan 2 miliar ton bijih besi kualitas tinggi di bawah tanah sebuah hutan di Guinea, Afrika Selatan.
Setelah bertahun-tahun melakukan negosiasi, perusahaan ini mencapai persetujuan investasi dengan rekan-rekannya dalam proyek bijih besi Simandou. Rio Tinto berharap bisa mengekspor bijih besi kualitas tinggi dari tambang senilai 20 miliar Dollar (Rp 231 triliun) tersebut. Tambang itu akan dibangun dengan kerja sama dengan perusahaan tambang Chinalco dan International Finance Corporation Bank Dunia.
Pemerintah Guinea juga mengkonfirmasi bahwa kontrak sudah ditandatangani. Namun, belum ada tanggal pasti untuk memulai konstruksi. Butuh miliaran dollar untuk membangun sebuah rel dan pelabuhan untuk menangani sekitar 100 juta ton bijih besi yang diramalkan bisa dihasilkan tiap tahunnya.
Menurut David Lennox, analis sumber daya perusahaan layanan finansial Fat Prophet, perjanjian tersebut menunjukkan bahwa Rio Tinto ingin menjalankan investasi besar di luar Australia setelah meningkatkan produksi di Australia Barat.
"Di Australia, selama ini Rio sibuk meningkatkan kapasitas operasi bijih besi di Pilbara," ucapnya, baru-baru ini.
"Jadi, sekarang itu sudah mereka lalui, dan Rio melihat ke depan, ke aset kelas satu yang sangat bagus ini."
Setelah pengumuman tentang kontrak ini, harga saham Rio Tinto meningkat sebanyak 0,4 persen hingga mencapai $61.20, pukul 12:26 (AEST).
Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia gratis - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus