Selasa 27 May 2014 21:12 WIB

Ulama Faqih Abad ini (2-habis)

Syekh Sayyid Sabiq.
Foto: Hasanalbanna.com
Syekh Sayyid Sabiq.

Oleh: Irwan Kelana

Membuang fanatisme mazhab

Sayyid Sabiq mengambil metode yang membuang jauh-jauh fanatisme mazhab tetapi tidak menjelek-jelekkannya. Ia berpegang kepada dalil-dalil dari Alquran, Sunah Rasul, dan Ijma' para ulama.

Ia mempermudah gaya bahasa tulisannya untuk pembaca, menghindari istilah-istilah yang runyam, tidak memperlebar dalam mengemukakan ta'lil (alasan-alasan hukum), serta lebih cenderung untuk memudahkan dan mempraktiskannya demi kepentingan umat agar mereka cinta agama dan menerimanya.

Ia juga antusias untuk menjelaskan hikmah dari pembebanan syariat (taklif) dengan meneladani Alquran dalam memberikan alasan hukum.

Sayyid Sabiq merupakan sosok yang selalu mengajak agar umat bersatu dan merapatkan barisan. Beliau mengingatkan agar tidak berpecah belah, yang dapat menyebabkan umat menjadi lemah.

Sayyid Sabiq juga mengajak agar membentengi para pemudi dan pemuda Islam dari upaya-upaya musuh Allah dengan membiasakan mereka beramal Islami, memiliki kepekaan, memahami segala permasalahan kehidupan, serta memahami Alquran dan Sunah Rasululah SAW. Hal ini agar mereka terhindar dari perangkap musuh-musuh Islam.

Sayyid Sabiq merupakan seorang yang patut dicontoh dalam kepribadian dan akhlak. Beliau bukan saja berilmu, melainkan juga memiliki budi pekerti yang mulia dan pandai menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia.

Sifatnya yang suka melucu, lemah lembut, dan menghormati orang lain sekalipun dengan kanak-kanak membuat beliau disenangi oleh segenap lapisan masyarakat.

Sayyid Sabiq meninggal dunia pada 28 Februari 2000. Jenazahnya dishalatkan oleh beribu-ribu orang di Masjid Rabiah al-Adawiyah, Madinah Nasr, dengan diimami oleh Syaikh al-Azhar as-Syarief, Dr Muhammad Sayid Tantawi.

Turut mengikuti shalat jenazah as-Sayid Hani Wajdi yang mewakili Presiden Republik Arab Mesir; Mufti Kerajaan Mesir, Dr Nasr Farid Wasil; Menteri Awqaf, Dr Hamdi Zaqzuq; Presiden Partai Buruh, Ibrahim Syukri; Ketua Jabhah Ulama al-Azhar dan anggota-anggotanya, Ketua Jam'iyyah Syarqiyyah, Dr Fuad Mukhaimar; serta puluhan ulama dan pemimpin masyarakat setempat yang tidak ketinggalan memberikan penghormatan terakhir terhadap ulama besar ini.

Jenazahnya kemudian dibawa ke tanah tempat kelahirannya di Markaz Bajour, Maneofiah, untuk disemayamkan di sana.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement