REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi
Kepuasan batin ia temukan usai berjilbab.
Agnes Purwanti merasa butuh bertatap muka langsung dengan tuhan karena segala pertanyaan tentang agama yang dianutnya tak pernah dijawab oleh pendeta dan gereja.
Sempat menantang tuhan untuk menampakkan diri secara fisik pada 2002, perempuan 27 tahun ini harus kecewa karena itu tak terjadi.
Saat itu sedang ramai berita penampakan Yesus di Brasil. Ia berpikir, jika Tuhan menampakkan diri di sana, harusnya ia mau menampakkan diri di hadapan hambanya yang taat.
Memasuki dunia kampus pada 2004, ia berubah dari Kristen yang taat menjadi pribadi liberal. Ini merupakan bagian protes terhadap tuhan masih dilancarkan dengan cara nakal.
Ia menguji tuhan apakah masih peduli padanya atau tidak. Meski tak berani mengaku ateis, ia sempat memutuskan tidak percaya Tuhan meski tetap pergi ke gereja dengan hati hampa.
Setahun kemudian, ia memutuskan hidup sendiri dengan penghasilan dari aneka pekerjaan halal dan nyaris haram.
Rokok dan minuman keras pernah menjadi bagian yang dipilihnya untuk mengisi rasa kosong di hati dalam perjalanan mencari Tuhan.
“Hidup saya berantakan saat itu. Kelewat nakal, sampai merepotkan keluarga dan pacar,” ujar Agnes. Ia akhirnya berhenti ke gereja pada 2007 dan mulai mendalami Hindu.
Tak cocok, ia mundur juga dan mulai mendalami Buddha. Menjadi vegetarian dan mulai meluruskan jalan hidup ternyata tak juga menghadirkan makna dalam hidupnya.
Meski kecewa berkali-kali, ia masih berkeyakinan mencari Tuhan yang benar melalui agama. Meski awalnya mengaku terpaksa, Agnes akhirnya melirik Islam.
Anehnya, ia sering ikut berpuasa dan senang melihat shalat. Meski masih berat. “Jangankan mencari tahu tentang Islam, dengar azan saja saya tutup kuping,” seloroh ibu tiga anak ini.
Ia sempat diajak mengikuti pengajian yang ternyata menyimpang yang mengajarkan tak perlu shalat dan puasa bagi mereka yang selalu ingat Allah. Tapi, itu hanya bertahan beberapa bulan. Meski demikian, ia tetap ingin belajar Islam lebih dalam.