REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis politik di Thailand berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Bank Indonesia (BI) melihat adanya kecenderungan investor menilai krisis di Thailand akan berdampak ke Indonesia karena satu regional.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, beberapa investor menyimpan dana atas dasar regional. "Ia menganggap kalau masuk ke salah satu negara di Asia Tenggara juga masuk ke Thailand, Filipina, dan Indonesia," ujar Agus.
Kondisi di Thailand membuat investor tersebut mengurangi dana yang ditanamkan di regional. "Dia mengurangi semua karena dianggap saling berdampak," ujarnya.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor pelemahan rupiah. Rupiah di kurs tengah BI pada Rabu (28/5) ditransaksikan pada Rp 11.163 per dolar AS. Selain kondisi di Thailand, perbaikan negara maju, seperti AS, juga menyebabkan perpindahan dana dari negara berkembang ke negara maju.
"Di Indonesia juga ada masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran," ujar Agus.
Kendati demikian, Head of Treasury PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) Branko Windoe mengatakan, kondisi politik di Thailand dapat dimanfaatkan Indonesia untuk menarik dana masuk. "Kalau kita lihat portfolio global, Indonesia ama Thailand mirip-mirip. Ya sudah, Thailand lagi ribut, di Indonesia saja. Itu bisa terjadi dan memang terjadi," ujar Branko.
Ia mengatakan, dana yang masuk dapat berupa portfolio hot money. Selama batasan pemilikan di Indonesia belum tercapai, mereka masih bisa menyimpan dananya di Indonesia.