REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama menguraikan rencana menyisakan 9.800 tentara di Afghanistan pada akhir tahun.
Pada akhir 2015, jumlah itu akan berkurang kira-kira setengah. Penarikan tentara secara bertahap akan dilakukan sehingga pada akhir 2016 sudah tidak ada lagi tentara AS.
Keputusan itu berarti Obama akan meninggalkan kantor pada awal 2017 setelah mengakhiri perang terpanjang dalam sejarah AS itu. Ia mengakhiri kehadiran pasukan tempur AS di Irak pada 2011.
Obama dalam kunjungannya ke Afghanistan akhir pekan lalu mengantisipasi kekhawatirannya meninggalkan Afghanistan. Dia mengatakan sudah waktunya bagi Afghanistan untuk mengamankan negara mereka.
"Kita harus mengakui Afghanistan tidak akan menjadi tempat yang sempurna. Dan itu bukan tanggung jawab Amerika untuk menjadikannya sempurna," kata Obama.
Pada akhir 2016, kehadiran AS akan digantikan dengan kedutaan dan kantor bantuan keamanan di Kabul. Tentara tersebut akan mengambil peran sebagai penasehat dan pelatih tentara Afghanistan dan membantu misi membersihkan sisa Alqaeda.
Obama mengatakan lamanya kehadiran AS di Afghanistan adalah bukti lebih sulit mengakhiri perang daripada memulainya.
Pengumuman Gedung Putih mengundang kritik dari Partai Republik. Dikatakan, penarikan tersebut bisa sia-sia karena kekerasan sektarian bisa terjadi kembali sama seperti yang terjadi di Irak setelah AS menarik pasukannya.
"Keputusan presiden menetapkan waktu untuk penarikan penuh pasukan AS di Afghanistan adalah kesalahan monumental dan kemenangan politik atas strategi," ujar Senator Partai Republik John McCain dan Lindsey Graham dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Rabu (28/5).
Seorang pejabat pemerintahan senior mengecam gagasan AS akan meninggalkan pasukan Afghanistan sendiri untuk berperang melawan Taliban.
AS kini memiliki sekitar 32 ribu tentara di Afghanistan. Para pemimpin militer AS mengatakan 10 ribu tentara akan berada di Afghanistan. Itu adalah jumlah minimum yang diperlukan.
Sisa pasukan AS dan NATO akan membantu pasukan Afghanistan dengan fokus pada fungsi penganggaran, logistik dan dukungan institusi keamanan. Negara NATO telah membantu membangun militer Afghanistan dan kekuatan lain dari awal sejak 2001. Meski pasukan Afghanistan telah lebih mandiri, mereka tidak memiliki keterampilan kunci seperti pengumpulan intelijen dan kekuatan udara.
Dalam sambutannya saat upacara kelulusan di Akademi Militer AS di West Point, Obama menyebut kebijakan luar negerinya sebagai pragmatis dan paling efektif dalam peran kepemimpinan Amerika di dunia. Dia mengatakan kepemimpinan sejati bukan hanya memiliki militer yang paling kuat di dunia. Namun melakukan hal yang benar.
"Amerika harus selalu memimpin di panggung dunia, dan militer akan selalu menjadi tulang punggung kepemimpinan itu. Namun, tindakan militer AS tidak bisa menjadi satu-satunya komponen kepemimpinan dalam setiap tindakannya," kata Obama.