REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI BARAT – Kampung Muara Siram, Kecamatan Bongan, Kutai Barat, Kalimantan Timur nampak berbeda petang itu.
Puluhan warga dari segala usia mendatangi Masjid Asshobirin untuk melaksanakan shalat Maghrib dan mengikuti safari dakwah KH Arief Heri Setyawan.
KH Arief adalah pengasuh Pondok Pesantren Assalam, Arya Kemuning, Barong Tongkok, Kutai Barat. Selain itu, pria 48 tahun tersebut juga dikenal sebagai salah satu dai yang telah mengislamkan ratusan warga Dayak di pedalaman Kalimantan Timur.
Begitu shalat berjamaah usai, warga Muara Siram dengan tertib duduk mengitari ruang shalat. Arief pun bersiap-siap mengambil posisi duduk di tengah, persis di depan mihrab. Ia juga mengatur para santrinya agar duduk tertib di sampingnya.
Dalam tiap dakwahnya, Arief memang selalu membawa serta sebagian santrinya. Para santri ini akan mengiringi ceramahnya dengan menampilkan hadrah berisi lagu-lagu shalawatan. Para santri yang turut serta dalam safari dakwah itu membawa alat-alat musik hadrah yang bisa dibilang komplit.
“Dakwah tidak harus diisi dengan tausiah semata, namun juga perlu diiringi dengan “hiburan” kesenian Islam baik itu nasyid, hadrah dan lainnya,” kata Arief.
Malam itu, di hadapan jamaah Muara Siram, dai yang dikaruniai lima putri dan satu putra itu lebih banyak mengupas soal pentingnya pendidikan anak. Anak yang saleh, kata dia, adalah harta yang paling berharga di dunia.
“Anak yang saleh yang akan dapat mengantarkan orang tuanya masuk surga,” ujar Arief kepada hadirin. “Doa anak saleh takkan ditolak oleh Allah SWT. Karenanya, mari kita didik anak kita agar menjadi generasi saleh dan salehah.”
Ia menyarankan jamaah agar mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan Islam sejak dini.