REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK -- Lebih dari 1.000 tentara Thailand dan polisi menutup salah satu persimpangan tersibuk di Bangkok, Kamis. Penutupan itu untuk mencegah unjuk rasa yang telah direncanakan.
Pihak berwenang mengatakan mereka tidak akan lagi mengizinkan demonstrasi menentang kudeta militer. Truk penuh berisi tentara memblokir semua jalan masuk ke Victory Monument yang merupakan pusat transit bus komuter.
Militer tampaknya ingin menunjukkan kekuatannya dengan melakukan pemblokiran saat jam sibuk pulang kantor. Lebih dari selusin truk tahanan polisi diparkir di sepanjang bundaran yang dikosongkan. Hanya ada sedikit tanda-tanda demonstrasi yang kerap terjadi setiap hari menentang pertemuan politik.
Seorang pria Belgia ditahan karena menampilkan kaos bertuliskan "Perdamaian". Dua perempuan Thailand juga ditahan polisi setelah menampilkan pesan antikudeta.
Demonstrasi anti kudeta umumnya terjadi dalam skala kecil dan sebagian besar berlangsung tanpa pemimpin. Pengunjuk rasa telah merencanakan untuk berkumpul pada Kamis dan menyerukan unjuk rasa massal pada Ahad pekan ini.
Wakil Kepala Polisi Nasional Jenderal Somyot Poompanmoung mengatakan protes kecil tidak lagi diizinkan. Dia mengatakan sembilan kompi tentara dan polisi atau sekitar 1.350 personel dikerahkan dalam operasi itu.
"Kami tahu aksi mereka mereka terutama untuk alasan simbolis, tapi itu melanggar hukum," kata dia, Kamis (29/5).
Somyot memperingatkan jika pengunjuk rasa mengubah taktiknya, pihaknya siap mengatasinya. Dalam sepekan terakhir, junta telah bertindak untuk membungkam kritik dan memperingatkan mereka tidak akan mentolerir perbedaan pendapat.