Ahad 01 Jun 2014 00:45 WIB

Pria Ini Bakal Menetap Sebulan di Bawah Laut

Penyelam profesional tengah mengamati terumbu karang
Foto: farishhantulaut.blogspot.com
Penyelam profesional tengah mengamati terumbu karang

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Cucu pakar kelautan ternama Jacques-Yves Cousteau, Fabien Costeau akan memulai aksinya tinggal sebulan dalam laboratorium bawah laut di Florida Keys. Bila tercapai, ia akan menyamai rekor kakeknya yang ditorehkan setengah abad lalu.

Setelah merencanakan aksi itu bertahun-tahun dan beberapa kali ditunda, Fabien Cousteau akan menyelam sedalam 18 meter pada Ahad untuk menghabiskan 31 hari di laboratorium, yang dikenal dengan nama Aquarius. Di lab tersebut, Fabien mengamati perilaku ikan, mempelajari pengaruh polusi dan penghangatan lautan terhadap terumbu karang, serta melihat dampak tinggal di bawah laut dalam tempo lama terhadap badan manusia.

"Ada banyak tantangan fisik dan psikologi," kata Cousteau (46) yang dilahirkan di Paris dan dibesarkan dalam kapal milik kakeknya Calypso dan Alcyone.

"Keuntungannya adalah latarbelakang yang tak terbatas," katanya.

Fabien akan tinggal dan bekerja di bawah laut bersama sebuah tim peneliti dan pembuat film dokumenter. Jika berhasil meluangkan seluruh masanya di bawah laut, Cousteau akan memecahkan rekor tinggal selama 30 hari di bawah laut yang diukir kakeknya 50 tahun lalu di Laut Merah.

Aquarius yang berbentuk silindris sepanjang 13 meter merupakan laboratorium bawah laut terakhir yang masih beroperasi. Laboratorium ini terletak pada urukan pasir dekat terumbu karang dalam sekitar 14,5 kilometer selatan Key Largo, Florida.

Laboratorium ini merupakan "rahasia dalam lautan yang paling terjaga," kata Cousteau kepada Reuters.

Puluhan laboratorium bawah laut lain di seluruh dunia terbengkalai karena tingginya biaya. Pada 1963 Jacques-Yves Cousteau bersama setengah lusin penyelam yang dijuluki "oceanaut" tinggal selama 30 hari di dalam laboratorium bawah laut bernama Conshelf II di dekat pelabuhan Sudan.

Aquarius dilengkapi dengan pengatur suhu udara, akses internet nirkabel, kamar mandi, enam tempat tidur dan jendela yang memungkinkan penghuninya mengamati kehidupan laut di sekelilingnya selama 24 jam. Laboratorium itu berada pada kedalaman dimana tekanan udara sekitar 2,5 hingga tiga kali dari tekanan di permukaan.

Para peneliti yang mempelajari efek pemutihan terumbu karang - ketika air laut yang menghangat memicu karang hidup mengeluarkan alga warna-warni yang hidup di dalamnya - akan keluar dari Aquarius setiap dinihari untuk mempelajari produksi energi terumbu karang sebelum pagi menjelang.

"Masuk, keluar, jadual peneliti kami terus berulang. Saya rasa kru dokumenter akan sedikit merasa bosan," kata Andrew Shantz, kandidat PhD sains kelautan pada Universitas Internasional Florida, yang akan tinggal selama 17 hari dalam laboratorium itu.

Setelah penyelaman pada pagi hari itu, tim akan kembali ke stasiun untuk berkomunikasi melalui Sykpe dengan kelas-kelas di seluruh dunia dan menguji bagaimana tinggal lama di bawah laut mempengaruhi tubuh mereka. Tim akan keluar dari Aquarius dalam perlengkapan selam pada siang dan saat malam tiba untuk mengumpulkan data tambahan, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan tanpa laboratorium bawah laut.

"Anda akan mndapatkan pengamatan yang terstruktur dan teratur seperti ini, yang tidak akan didapatkan dengan sekali penyelaman," kata Shantz.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement