REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini teguh dalam pendiriannya. Dia mengatakan, lokalisasi Dolly akan ditutup. Pertimbangannya adalah wilayah itu bukan tempat lokalisasi murni. Dia menyebut, banyak rumah penduduk biasa yang berada di Dolly.
Atas dasar itu, tempat prostitusi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara itu wajib ditutup karena mengerikan bagi perkembangan anak-anak yang tumbuh di sana.
"Penutupan Dolly tidak akan diundur. Malah akan dimajukan, insya Allah 18 Juni ini Dolly akan ditutup," kata Risma usai bertemu Menteri Sosial Salim Segaf al Jufridi Jakarta, Senin, (2/6).
Sebenarnya, terang Risma, penutupan Dolly itu tidak dilakukan secara mendadak atau tiba-tiba. Penutupan dilakukan secara bertahap, sejak 2010 memang sudah diprogramkan.
Pemerintah Kota Surabaya, kata Risma, menutup Dolly secara bertahap karena memikirkan orang-orang yang mencari makan di sana.
Makanya setelah program pengalihan pekerjaan dilakukan, Dolly siap ditutup. Itu lantaran orang yang biasa mencari uang di sana sudah dibekali dengan ketrampilan baru untuk menata hidupnya secara mandiri.