REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan rupiah karena pencapaian neraca perdagangan di luar ekspektasi pasar hanya sementara. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2014 kembali defisit sebesar 1,97 miliar dolar AS. Hal itu menyebabkan nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 11.740 per dolar AS dalam kurs tengah BI, Senin (2/6).
"Ini hanya sentimen sesaat orang melihat angka neraca perdagangan defisit di luar ekspektasi. Tapi kalau ada isu positif diharapkan kembali menguat," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, Senin (2/6).
Nilai ekspor Indonesia pada April tercatat 14,29 miliar dolar AS, turun 3,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara impor sebesar 16,26 miliar, turun 1,26 persen. Tirta mengatakan penurunan ekspor disebabkan oleh lemahnya permintaan Tiongkok dan turunnya ekspor batu bara dan CPO. Sedangkan impor meningkat karena permintaan tinggi menjelang lebaran.
Selain itu, BI juga melihat peningkatan impor disebabkan adanya impor gadget besar-besaran sebelum pemberlakuan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). "Dugaan kita karena mau penerapan PPnBM jadi impor dulu," ujarnya. Data BPS menunjukan peningkatan impor telepon seluler (ponsel) sebesar 58,9 persen menjadi 332,1 juta dolar AS.
BI berharap neraca perdagangan pada kuartal II-2014 akan surplus. "Ini kan defisit sementara karena ekspor terganggu," ujarnya. Tirta mengatakan, BI berharap impor nonmigas akan menurun sehingga defisit transaksi berjalan masih dapat ditekan di bawah 3 persen.