REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Sebuah penelitian terkait kekerasan seksual yang dilakukan oleh Khmer Merah di Kamboja sepanjang 1970-an, mengungkap fakta baru.
Para perempuan Muslimah dari etnis Cham (Campa) ternyata sengaja dijadikan target secara sistematis oleh kelompok tersebut pada masa-masa kelam itu.
Suku Campa termasuk komunitas masyarakat minoritas di Kamboja. Sekitar 88 persen anggota etnis ini yang tinggal di negeri itu adalah penganut agama Islam.
Akademisi Farina So mengungkapkan berbagai kekejaman yang dilakukan Khmer Merah terhadap perempuan-perempuan Campa lewat bukunya ‘The Hijab of Cambodia: Memories of Cham Muslim Women After the Khmer Rouge’.
Dalam buku itu, ia memaparkan hasil wawancaranya dengan sejumlah warga Cham yang pernah menyaksikan ataupun menjadi korban kejahatan seksual kelompok tersebut. Salah satu responden mengaku pernah melihat tentara Khmer Merah memperkosa secara brutal seorang perempuan Campa yang sangat cantik.
“Setelah membunuh suaminya, empat orang tentara Khmer Merah kemudian memperkosa perempuan itu, sebelum akhirnya mereka membunuhnya juga,” tutur responden tersebut, seperti dilansir World Bulletin, Selasa (3/6).
Responden lainnya mengisahkan, banyak juga perempuan Muslimah Cham yang dipaksa menjadi budak seks oleh tentara-tentara Khmer Merah.
“Ada sekitar sepuluh perempuan cantik yang ditawan oleh para milisi. Sebagian dari mereka adalah Muslimah. Setelah tiga hingga tujuh hari diperkosa, perempuan-perempuan itu lantas dibunuh,” katanya.
Menurut penelitian ini, hanya sedikit orang yang pernah mengalami kekerasan seksual di bawah rezim Khmer Merah mau mengungkapkan penderitaan yang mereka alami itu. Kebanyakan dari mereka lebih memilih diam karena takut dijadikan sasaran kekejaman rezim tersebut.
“Ketika ditanya apakah saya mengenali salah satu korban, saat itu saya jawab tidak. Padahal perempuan yang mereka perkosa dan bunuh itu adalah bibi saya,” kata responden lainnya.