REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Titik Haryati mendukung rencana penutupan lokalisasi dolly oleh pemerintah kota Surabaya (Pemkot Surabaya). Menurutnya aktivitas para Pekerja Seks Komersial (PSK) di gang dolly mempengaruhi faktor kematangan anak.
Selain mempengaruhi faktor kematangan anak, juga mempengaruhi secara psikologis. Sebab, Haryati menilai, kegiatan yang dilakukan secara terbuka di lokaliasi terbesar di Asia Tenggara itu membuat anak-anak bisa melihat perilaku para PSK.
"Anak-anak akan bisa meniru perilaku itu,” ujar Haryati, Rabu (4/6), kepada Republika.
Haryati tidak menampik keberadaan lokalisasi berdampak positif yaitu, secara ekonomi memberikan pemasukan terhadap masyarakat setempat, khususnya para ibu yang sudah tidak ada tanggungjawab dari suami.
Oleh karena itu, kata Haryati, Pemkot Surabaya perlu memberikan solusi setelah ditutupnya lokalisasi dolly. Sebab, lanjut Haryati, faktor ekonomi menjadi penyebab utama seseorang menjadi PSK.
Selain itu, Haryati juga meminta kepada pemerintah agar memperhatikan anak-anak yang selama ini hidup di lingkungan dolly. “Pendampingan terhadap anak berupa pendidikan harus diperhatikan,” katanya.
Pendampingan terhadap anak-anak harus diarahkan kepada perilaku yang baik. Menurut Haryati, anak-anak di lingkungan dolly kehilangan figur dalam memberikan pola asuh yang benar. Sebab, kata Haryati, ibunya sendiri menjadi pelaku dari kegiatan prostitusi.
“Nilai-nilai spiritual juga penting diberikan kepada anak-anak,” tegas Haryati.