REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mengungkapkan hingga kini sekitar 91 persen produksi susu nasional dihasilkan peternak kecil dengan skala pemilikan sapi perah 1-3 ekor per peternak.
Direktur Budi Daya Ternak Ruminansia Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fauzi Luthan di Jakarta, Rabu (4/6), mengatakan kondisi tersebut berdampak terhadap masih rendahnya produksi susu dan produktivitas sapi perah di Indonesia. Menurut dia, peternakan sapi perah dengan skala usaha kecil belum mampu mandiri dan berkembang serta bersaing dengan susu impor yang berasal dari negara maju dengan tingkat efisiensi yang tinggi sehingga harga relatif rendah.
"Oleh karena itu peternak skala kecil tersebut akan dikembangkan sehingga mencapai skala ekonomi yang dapat diandalkan," katanya pada peresmian pelatihan fontera dairy farming scholarship 2014. Saat ini pertumbuhan produksi susu dalam negeri 2-3 persen per tahun sedangkan pertumbuhan kebutuhan lebih dari 6 persen per tahun.
Fauzi menyatakan, dari kebutuhan susu nasional sebanyak 3,3 juta ton per tahun sebanyak 1,8 juta hingga 2 juta ton harus didatangkan dari impor karena produksi dalam negeri masih rendah. Menurut dia, dari 690 ribu ton produksi susu segar di Indonesia mayoritas atau sekitar 95 persen diproduksi di Pulau Jawa.
Salah satu sebabnya adalah karena dari populasi sapi perah di Indonesia saat ini yang berkisar hingga 470 ribu ekor sebanyak 95 persen tersebar di Pulau Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sisanya tersebar di beberapa provinsi di Indonesia seperti Sumatera Barat seperti di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang.Selain itu di Sulawesi Selatan antara lain Kabupaten Gowa, Enerekang dan Sinjai.
Fauzi menyatakan, produksi susu yang dihasilkan peternak di luar Jawa umumnya masih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dan diolah secara tradisional belum masuk ke industri pengolahan susu (IPS).