REPUBLIKA.CO.ID, PARUNG -- Meski sudah dipasang spanduk raksasa bertuliskan ‘Warga Desa Jampang Menolak Area ini Dijadikan Kawasan Jablay’ di pinggir jalan raya Jampang, Bogor. Namun beberapa warga mengaku masih melihat beberapa wanita ‘mangkal’ setiap malam.
Baliah, penjual es kepala muda di jalan Jampang mengungkapkan, sejak spanduk itu dipasang justru semakin banyak yang melakukan praktik prostitusi.
“Cewek yang pada mangkal malah ketawa lihat kata-kata di spanduk,” ujarnya, kepada Republika Online, Rabu (4/6).
Ia menambahkan, biasanya para perempuan tersebut berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangan ke setiap kendaraan yang lewat. Setelah ada kendaraan yang tertarik dan berhenti, tahap selanjutnya si wanita akan mengajak si pria ke rumah kontrakan.
Hampir setiap malam praktek semacam itu berjalan tanpa halangan. Menurut Baliah, pihak desa dan para tokoh masyarakat belum terlalu serius menangani permasalahan ini.
Lebih lanjut, Baliah menjelaskan ‘mangkal’ sudah menjadi kebiasaan beberapa wanita di Parung. Bahkan, sebenarnya para perempuan itu sudah memiliki suami dan anak.
Hanya saja bila suami mereka menganggur, pekerjaan tersebut menjadi pilihan utama menambah penghasilan keluarga.
Luki (20), penjual gorengan di jalan Jampang menjelaskan, biasanya para wanita ‘penjual jasa’ tersebut mulai muncul pukul 19.00 WIB sampai menjelang pagi. Sependapat dengan Baliah, baginya spanduk yang dipasang memang tak berpengaruh apapun.
Ia mengungkapkan, beberapa hari setelah spanduk dipasang memang sering diadakan razia, namun setelah itu tak ada lagi.
“Biasanya cewek-cewek yang pada mangkal itu lari-larian kalau ada razia, tetapi habis itu balik lagi,” kata Luki.
Menurutnya razia harus lebih sering diadakan agar praktek prostitusi bisa hilang, karena memang cukup meresahkan warga.