Kamis 05 Jun 2014 12:46 WIB

Cina Kembali Desak Resolusi Politik Suriah

Bendera Cina
Bendera Cina

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Cina Xi Jinping pada Kamis kembali mendesak tercapainya resolusi untuk menyelesaikan krisis di Suriah dan mendukung transisi politik yang inklusif bagi negara tersebut.

Cina dan Rusia sebelumnya memveto upaya sejumlah negara Barat di PBB untuk memberlakukan sanksi bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Sikap tersebut diambil sebagai pernyataan tidak memihak dalam perang saudara di Suriah dan mendesak pemerintah Damaskus untuk berunding dengan kelompok oposisi.

Cina  juga mengatakan bahwa pemerintahan transisional harus segera dibentuk.

"Cina menghormati kehendak rasional dari masyarakat Suriah dan mendukung pemberlakukan komunike Jenewa. Kami mendesak dibukanya proses politik yang inklusif untuk mencapai resolusi bagi persoalan di Suriah," kata Xi dalam forum Tiongkok-Arab di Beijing.

Komunike Jenewa yang disepakati pada 2012 menetapkan pembentukan pemerintahan transisi melalui perundingan damai. Namun upaya tersebut sampai saat ini gagal dilakukan.

Bashar sendiri memenangi pemilu presiden pada Kamis. Sementara kelompok oposisi mengecam pergelaran demokrasi tersebut karena dilakukan pada saat perang.

Selain itu, lawan Bashar dalam pemilu adalah dua tokoh yang tidak dikenal publik dan pencalonannya harus melalui persetujuan negara.

Sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa juga mengecam pemilu tersebut.

Namun Xi dalam pidatonya di hadapan peserta forum Cina-Arab sama sekali tidak menyebut pemilu di Suriah.

Sebelumnya Cina juga pernah mencoba menjadi tuan rumah pertemuan antara kelompok oposisi dan kubu pemerintah. Namun upaya itu belum memberi hasil signifikan bagi proses perdamaian.

Di sisi lain, Xi mengatakan bahwa Cina selama ini memberi perhatian besar bagi situasi kemanusiaan yang dialami pengungsi Suriah.

Xi mengaku berkomitmen untuk kembali memberi bantuan kepada pengungsi Suriah yang saat ini tersebar di beberapa negara seperti Lebanon dan Yordania. Namun Xi tidak memberi keterangan mengenai nilai bantuan tambahan itu.

Cina selama ini bukan merupakan pemain yang mempunyai pengaruh signifikan di Timur Tengah meskipun sangat bergantung terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut. Namun demikian, Beijing konsisten menyerukan resolusi politik bagi Suriah dan menolak setiap penggunaan kekuatan militer.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement