REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Surabaya Jamhadi mengemukakan masih tingginya biaya produksi dan pengiriman logistik barang menjadi faktor penghambat peningkatan daya saing Indonesia menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
"Ongkos produksi barang saat ini mencapai sekitar 40 persen, sementara biaya distribusi menyumbang 20 persen. Biaya tinggi seperti ini mengakibatkan produk kita sulit bersaing di pasar global," kata Jamhadi di sela-sela Musyawarah Kota Kadin Surabaya, Kamis (5/6).
Menurut ia, kenaikan biaya produksi tersebut disebabkan beberapa faktor, seperti inflasi, tarif listrik, bahan bakar minyak, dan upah buruh.
"Bahkan, upah buruh di Indonesia lebih tinggi dibanding beberapa negara di Asia Tenggara. Belum lagi, masalah kenaikan upah yang terjadi setiap tahun dengan besaran tidak menentu dan sering memberatkan dunia usaha," tambahnya.
Dari sektor distribusi logistik, Jamhadi mengatakan efisiensi biaya pengiriman harus terus ditingkatkan, terutama melalui pelabuhan. Selain itu, perbaikan infrastruktur penunjang juga harus terus dilakukan.
"Kami mendesak Pemerintah Kota Surabaya untuk terus membenahi dan membangun infrastruktur jalan agar akses transportasi barang menjadi lebih cepat," ujarnya.
Selain biaya produksi dan distribusi, Jamhadi juga melihat rendahnya produktivitas dan kualitas pekerja masih perlu mendapat perhatian pemerintah untuk mendukung daya saing Indonesia.
"Kami mengusulkan kepada pemerintah untuk memaksimalkan keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di berbagai daerah, guna melatih tenaga kerja atau calon pekerja agar lebih terampil dan punya kemampuan lebih," tambah Jamhadi.