REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Netralitas Polri dalam menghadapi Pilpres 9 Juli mendatang, dipertanyakan. Itu setelah salah seorang petinggi Polri bertemu dengan tim sukses pasangan Jokowi-JK, Trimedya Panjaitan.
Orang yang dimaksud adalah Kalemdikpol Komjen Budi Gunawan yang mengaku, pertemuannya dengan Trimedya Panjaitan di sebuah rumah makan di Menteng, Jakarta Pusat, belum lama ini, terjadi secara tidak sengaja. Kecurigaan publik muncul lantaran Budi disebut-sebut memiliki kedekatan dengan PDIP, disebabkan pernah menjadi ajudan Megawati Soekarnoputri semasa menjadi presiden RI.
Kapolri Jenderal Sutarman mengakui, Budi bertemu dengan Trimedya di sebuah rumah makan. Hanya saja, setelah mendapat laporan langsung dari jenderal bintang tiga tersebut, ia percaya pertemuan itu tidak dijadwalkan. Kendati begitu, ia harus mengatakan bahwa Budi dan Trimedya bertemu merupakan sebuah fakta.
"Orang bertemu, kebetulan makan habis kerja tak sengaja di warung sate. Lha bagaimana, dia tidak dalam rangka dukung-mendukung capres. Ini kebetulan saja," kata Sutarman kepada Republika Online di Ambon, Senin (9/6) malam WIT.
Menurut dia, seluruh elemen di Polri wajib mentaati setiap aturan untuk menjaga netralitas menghadapi Pilpres. Apalagi, setelah mendengar kronologis berdasarkan penjelasan Budi, ia menilai tidak ada masalah dengan anak buahnya itu.
Namun, karena situasi politik sedang panas dan terjadi tarik-menarik maka pihaknya bisa memahami pertemuan yang tidak direncanakan itu menjadi heboh di mata publik. Yang pasti, kata dia, Polri sebagai pilar bangsa, jangan sampai dibenturkan atau ditarik-tarik untuk kepentingan partai politik tertentu.
"Garis kita netral. Saya keliling Indonesia untuk meyakinkan ini. Kalau ingin ke sana (politik), keluar saja mengundurkan diri. Tidak melihat strata pangkat, kalau anggota kami terbukti terlibat bisa ditindak," kata mantan kepala Bareskrim Polri itu.