Selasa 10 Jun 2014 04:30 WIB

Iran dan Turki Menginginkan Timur Tengah Stabil

Rep: c77/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hassan Rouhani, presiden Iran dalam kunjungan ke Ankara, mengatakan Turki dan Iran bertujuan untuk melawan kekerasan dan ekstrimisme di Timur Tengah. Rouhani membuat pernyataan tersebut pada Senin (9/6) dalam kunjungan dua hari di Turki. Kunjungan membahas tentang nuklir, krisis di Syria dan perdagangan dengan presiden Turki, Abdullah Gul.

Iran adalah sekutu strategis yang kuat dari Presiden Suriah Bashar al-Assad sementara Turki telah menjadi salah satu kritikus paling sengit, mendukung lawan-lawannya dan memberikan perlindungan kepada pejuang pemberontak. Gul mengatakan bahwa Ankara tidak ingin setiap negara untuk memiliki senjata nuklir di wilayah tersebut.

"Kami ingin Timur Tengah tanpa senjata nuklir," katanya. Kedua presiden saling mendukung dalam memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai. Rouhani juga meminta semua negara di Timur Tengah untuk berusaha dalam mencapai stabilitas. 

Tahun lalu semenjak pemilihan Rouhani, yang menerapkan  kebijakan "kehati-hatian dan kesederhanaan" menyebabkan Iran terkucil dari dunia internasional. Kunjungan tersebut menjadi yang pertama oleh presiden Iran sejak tahun 2008. Kunjungan bertujuan saat  Iran dan enam negara besar mempersiapkan untuk mengadakan sejumlah pembicaraan dari kesepakatan akhir yang mengakhiri sengketa atas program nuklir negara itu. 

Sebuah kesepakatan awal ditandatangani di Jenewa, Swiss, pada bulan November, Iran menerima untuk menghentikan beberapa kegiatan nuklir yang sensitif sebagai pertukaran untuk mengurangi sebagian sanksi. Potensi pasar Iran sekitar 76 juta penduduk dengan beberapa cadangan minyak dan gas terbesar di dunia, adalah magnet bagi perusahaan Turki. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement