Oleh: Heri Ruslan
Salah satu naskah yang cukup langka itu tersimpan di perpustakaan Adh-Dhahiriyah, Damaskus, Suriah.
Walaupun tulisannya masih lumayan bagus, memang sayangnya, layaknya tradisi para penulis kitab di masa klasik, huruf yang dituliskan hampir nihil goresan titik pada huruf-huruf tertentu yang sejatinya memerlukan tanda tersebut.
Hal ini cukup berdampak pada tingkat kesulitan baik pada penulisan ulang naskah kitab atau membaca detail. Tetapi, yang menjadi catatan bagi kitab Fadl adalah sang penulis tidak mensyaratkan keabsahan dan kesahihan hadis yang dia nukil.
Tak jarang, hadis-hadis lemah dia cantumkan atau kadang pula mengutip atsar yang diriwayatkan dari sahabat ataupun tabiin. Untuk menjaga amanat ilmiah, Ismail Ibnu Ishaq tetap menyertakan sanad hadis ataupun atsar yang dia kutip.
Namun demikian, satu hal yang menjadi kelebihan Fadl As-Shalat, kitab ini secara turun- menurun dibacakan atau diriwayatkan oleh para ulama bermazhab Hanbali terutama dari kalangan Maqdis.
Kitab ini pertama kali disalin oleh Syekh Abd Al Hamid Al-Maqdisi dan diserahkan kepada Imam Muwaffiq Ad-Din Ibnu Qudamah.
Kitab ini, lantas oleh saudaranya Ibnu Qudamah, Abu Umar Muhammad bin Ahmad bin Quddamah Al-Maqdisi, dibacakan kepada Syekh Al-Khafidh Abd Al-Ghani bin Abd Alwahid Al-Maqdisi.
Dasar kuat inilah yang melatarbelakangi kesimpulan bahwa kitab yang mengupas tentang seluk beluk bershalawat ini murni karya imam Ismail bin Ishaq Al-Qadli.