REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Barack Obama Selasa menekankan perlunya kebebasan politik di Mesir, saat ia berbicara kepada presiden baru negara itu, Abdel Fattah al-Sisi, yang menggulingkan pendahulunya dan menghancurkan partainya.
Obama berbicara melalui telepon dengan Sisi, saat Amerika Serikat melanjutkan tindakan balasan yang tidak nyaman antara mempertahankan pengaruhnya dengan Mesir, yang merupakan kunci kekuatan regional, meski tidak nyaman dengan rezim politik yang bertentangan dengan prinsip yang mereka anut.
"Presiden menegaskan kembali dukungan lanjutan AS di bidang politik, ekonomi, dan aspirasi sosial rakyat Mesir dan menghormati hak-hak universal mereka," demikian pernyataan Gedung Putih.
Sisi mengungkapkan apresiasi atas panggilan tersebut dan menyambut dukungan AS bagi pemerintah barunya, setelah pelantikan pada Minggu, demikian pernyataan tersebut.
Kedua pemimpin itu juga menegaskan kembali dukungan atas kemitraan strategis antarnegara.
Kemitraan tersebut datang di bawah tekanan berat sejak Sisi menggulingkan presiden pertama yang dipilih secara bebas, Mohamed Morsi, tahun lalu dan menghancurkan Ikhwanul Muslimin.
Sisi memenangi pemilu bulan lalu dengan jumlah suara timpang tetapi pemungutan suata diboikot Ikhwanul Muslimin dan aktivis sekuler dan para pemilih, sekitar 47 persen, mempersulit usahanya untuk mendapatkan mandat.
Para pejabat AS pada April merencanakan untuk melanjutkan bantuan militer ke Kairo, yang sempat dihentikan akhir tahun lalu, termasuk 10 helikopter Apache dalam upaya membasmi terorisme di Semenanjung Sinai.
Namun pesawat tersebut masih berada di gudang penyimpanan di AS, dan sebuah permintaan untuk melepas sekitar 650 juta dolar bantuan beku sudah ditahan oleh pihak Demokrat yang berkuasa di Kongres.
Tidak ada rencana untuk melepas sisa 1,5 miliar dolar yang kini diblokir dalam bantuan tahunan AS untuk Mesir. Menteri Luar Negeri John Kerry secara hukum menyatakan Mesir tengah kembali menuju demokrasi sebelum dapat dibebaskan.
Pembicaraan antara Obama dan SIsi terjadi saat Washington mengutuk kejadian di Tharir Square di Kairo di mana seorang wanita ditelanjangi, dilecehkan secara seksual dan direkam selama pelantikan Sisi.
Video itu "mengejutkan dan mengerikan bagi kami sama halnya dengan rakyat Mesir," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki.
"Kami mendesak pemerintah untuk menepati janji untuk melakukan apa pun untuk memerangi pelecehan seksual dan menerapkan aturan baru dalam menghukum pelaku pelecehan," katanya.