Kamis 12 Jun 2014 07:35 WIB

Perangi Ebola, Sierra Leone Tutup Perbatasan dan Sekolah

Red: Yudha Manggala P Putra
Penderita ebola dibawa ke rumah sakit (dokumentasi tahun 1995)
Foto: Christophe Simon/AFP
Penderita ebola dibawa ke rumah sakit (dokumentasi tahun 1995)

REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Pemerintahan Sierra Leone menggencarkan upaya untuk menghentikan penyebaran virus Ebola di negara mereka. Pada Rabu (11/6) mereka menutup perbatasannya untuk perdagangan dengan Guinea dan Liberia, menutup sekolah-sekolah, bioskop dan klub-klub malam di wilayah perbatasan.

Departemen Kesehatan Sierra Leone menyatakan hingga kini enam belas orang telah meninggal karena Ebola di Sierra Leone. Angka ini naik dua kali lipat dari jumlah pekan lalu.

Seperti dilansir Reuters, pihak berwenang juga akan meningkatkan pos pemeriksaan kesehatan di distrik timur Kailahun dan mengamanatkan bahwa semua kematian harus dilaporkan sebelum penguburan. Siapapun yang meninggal karena virus harus dikubur di bawah pengawasan tenaga kesehatan, kata Kementerian Informasi.

Wakil Menteri Informasi Theo Nicol kepada Reuters mengatakan keputusan untuk menutup sekolah-sekolah distrik diambil setelah seorang anak sembilan tahun dinyatakan positif virus Ebola.  "Ada lebih banyak kontak antara anak-anak sekolah yang sedang berlangsung daripada orang-orang dewasa, maka penutupan sekolah paling terpengaruh di kabupaten," katanya.

Nicol mengatakan sejauh ini larangan serupa tidak diberlakukan untuk masjid dan gereja. Tetapi ia mengingatkan agara para pemimpin agama mendorong siapa pun menderita demam untuk pergi ke klinik.

Kelompok-kelompok lokal menyambut langkah-langkah yang memberikan perhatian publik atas virus, yang dapat ditularkan oleh sentuhan korban atau cairan tubuh mereka.

Virus ini awalnya menyebabkan demam, sakit kepala, otot rasa sakit dan konjungtivitis, sebelum pindah ke tahap parah yang menyebabkan mereka muntah, diare dan pendarahan internal serta eksternal.

Sekitar 328 kasus dan 208 kematian terkait dengan Ebola di Guinea, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, membuat wabah ini salah satu yang paling mematikan selama bertahun-tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement