REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer Cina menyatakan sangat tidak puas dan membantah keras atas pernyataan AS mengenai transparansi dan pengaruh militernya yang berkembang.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Geng Yansheng mengatakan pernyataan AS tentang ancaman militer Cina dan kurangnya transparansi merupakan hal klise. Dia juga menyalahkan AS karena mengirim sinyal yang salah perihal sengketa wilayah di kawasan Asia Pasifik. Alih-alih, AS malah memperkeruh situasi.
Pernyataan Geng itu terkait laporan tahunan AS tentang militer Cina yang dipublikasikan pekan lalu. Dia mengatakan AS menggunakan standar ganda. Seperti dilansir kantor berita Xinhua, Rabu (11/6), Geng mengatakan AS justru menaruh perhatian lebih terhadap militer Cina dibandingkan Cina itu sendiri beberapa tahun belakangan.
AS menyebut Cina mengembangkan sistem persenjataan canggih, mengorganisir pasukan agresif untuk melakukan serangan siber dan mencari cara mengembangkan jaringan global sistem antirudal. AS, menurutnya, masih memiliki mental perang dingin. Negeri Paman Sam itu juga dinilainya mengejar keamanan unilateral dan memiliki mental kosong dalam memandang pertahanan nasional dan modernisasi militer Cina.
Penilaian AS itu merupakan tindakan penganiayaan terhadap Cina. Geng mempertanyakan ketulusan AS membangun hubungan jenis baru antarnegara dan model baru hubungan militer. Sebelumnya, AS telah berjanji meningkatkan dialog dan kerjasama dengan militer Cina.
Geng menambahkan pemerintah AS dan anggota militernya telah melancarkan tuduhan kepada Cina di muka publik. Departemen Kehakiman AS memalsukan informasi dan menahan anggota militer Cina. Militer AS telah memata-matai Cina yang berarti mengkhianati kepercayaan.
Geng memperingatkan AS agar menunjukkan ketulusan dan mengambil aksi praktis untuk mendorong kemajuan hubungan militer yang sehat dan stabil antara kedua negara.