REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki membahas perkembangan-perkembangan terbaru di Iran serta cara-cara untuk menumbangkan terorisme.
Selama percakapan telepon, Kamis, Presiden Rouhani menunjuk perlunya untuk memerangi terorisme dan kekerasan serta mengutuk kejahatan terbaru oleh teroris dalam membunuh orang-orang tak berdosa di Irak.
Presiden Iran mengatakan bahwa bangsa dan pemerintah Iran selalu mendukung bangsa dan pemerintah Irak, dan menambahkan, bahwa "Pemerintah Republik Islam Iran akan melakukan upaya maksimal mereka di bidang internasional dan regional untuk menghadapi terorisme dan tidak akan mengizinkan para pendukung teroris untuk mengganggu keamanan dan stabilitas Irak melalui mengekspor terorisme ke Irak."
Perdana menteri Irak, untuk bagiannya, mengucapkan terima kasih bangsanya atas dukungan Iran di arena internasional dan regional, serta menjelaskan kepada Presiden Rouhani mengenai perkembangan-perkembangan terbaru di Irak utara selain keberhasilan pemerintah Irak dalam menekan teroris.
Iran Rabu menawarkan dukungan kepada tetangganya itu dalam menghadapi "terorisme", saat Baghdad berjuang menghadapi serangan-erangan kelompok jihad yang telah merebut kota kedua terbesar negara itu, Mosul, dan bergerak menuju ibu kota.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa "sementara mengutuk pembunuhan warga Irak ... Iran menawarkan dukungan kepada pemerintah dan rakyat Irak melawan terorisme."
Iran adalah satu negara Muslim yang didominasi Syiah, sementara berkampanye melawan pemerintah koalisi Perdana Menteri Syiah Nuri Al-Maliki yang dipimpin oleh garis keras Sunni.
Dalam sambutannya kepada timpalannya dari Irak, Menteri Luar Negeri Hoshyar Zebari, yang disiarkan Kantor Berita resmi IRNA, Zarif juga menyerukan "dukungan internasional yang efektif" untuk Pemerintah Irak.
Ini adalah reaksi pertama oleh Iran untuk kampanye yang dipelopori oleh Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL), yang juga berjuang untuk menggulingkan sekutu dekat Teheran Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sementara itu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa Rabu mengutuk meningkatnya kekerasan di kota Mosul, Irak utara, oleh apa yang digambarkan sebagai organisasi teroris yang berusaha mengacaukan kawasan itu.
Dewan beranggotakan 15 negara itu juga menuntut pembebasan segera para sandera Turki yang ditahan oleh ISIL, gerilyawan Muslim yang terkait dengan Al-Qaida dan aktif di Irak utara serta Suriah.
"Dewan Keamanan menyesalkan dalam istilah terkuat peristiwa baru-baru ini di kota Mosul, di Irak, di mana unsur-unsur dari organisasi teroris ... ISIL telah mengambil alih bagian-bagian penting kota, termasuk Konsulat Turki dan banyak gedung pemerintah, serta ratusan ribu orang mengungsi," kata dewan.
TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki membahas perkembangan-perkembangan terbaru di Iran serta cara-cara untuk menumbangkan terorisme.
Selama percakapan telepon, Kamis, Presiden Rouhani menunjuk perlunya untuk memerangi terorisme dan kekerasan serta mengutuk kejahatan terbaru oleh teroris dalam membunuh orang-orang tak berdosa di Irak.
Presiden Iran mengatakan bahwa bangsa dan pemerintah Iran selalu mendukung bangsa dan pemerintah Irak, dan menambahkan, bahwa "Pemerintah Republik Islam Iran akan melakukan upaya maksimal mereka di bidang internasional dan regional untuk menghadapi terorisme dan tidak akan mengizinkan para pendukung teroris untuk mengganggu keamanan dan stabilitas Irak melalui mengekspor terorisme ke Irak."
Perdana menteri Irak, untuk bagiannya, mengucapkan terima kasih bangsanya atas dukungan Iran di arena internasional dan regional, serta menjelaskan kepada Presiden Rouhani mengenai perkembangan-perkembangan terbaru di Irak utara selain keberhasilan pemerintah Irak dalam menekan teroris.
Iran Rabu menawarkan dukungan kepada tetangganya itu dalam menghadapi "terorisme", saat Baghdad berjuang menghadapi serangan-erangan kelompok jihad yang telah merebut kota kedua terbesar negara itu, Mosul, dan bergerak menuju ibu kota.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa "sementara mengutuk pembunuhan warga Irak ... Iran menawarkan dukungan kepada pemerintah dan rakyat Irak melawan terorisme."
Iran adalah satu negara Muslim yang didominasi Syiah, sementara berkampanye melawan pemerintah koalisi Perdana Menteri Syiah Nuri Al-Maliki yang dipimpin oleh garis keras Sunni.
Dalam sambutannya kepada timpalannya dari Irak, Menteri Luar Negeri Hoshyar Zebari, yang disiarkan Kantor Berita resmi IRNA, Zarif juga menyerukan "dukungan internasional yang efektif" untuk Pemerintah Irak.
Ini adalah reaksi pertama oleh Iran untuk kampanye yang dipelopori oleh Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL), yang juga berjuang untuk menggulingkan sekutu dekat Teheran Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sementara itu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa Rabu mengutuk meningkatnya kekerasan di kota Mosul, Irak utara, oleh apa yang digambarkan sebagai organisasi teroris yang berusaha mengacaukan kawasan itu.
Dewan beranggotakan 15 negara itu juga menuntut pembebasan segera para sandera Turki yang ditahan oleh ISIL, gerilyawan Muslim yang terkait dengan Al-Qaida dan aktif di Irak utara serta Suriah.
"Dewan Keamanan menyesalkan dalam istilah terkuat peristiwa baru-baru ini di kota Mosul, di Irak, di mana unsur-unsur dari organisasi teroris ... ISIL telah mengambil alih bagian-bagian penting kota, termasuk Konsulat Turki dan banyak gedung pemerintah, serta ratusan ribu orang mengungsi," kata dewan.