REPUBLIKA.CO.ID, BAQUBA– Pemberontak Irak kembali menyerang dan menguasai dua kota di provinsi timur Diyala, Irak. Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun mengancam akan melakukan serangan militer untuk menghentikan aksi mereka menuju ibukota Baghdad.
“Saya tidak mengesampingkan apapun karena kami harus memastikan bahwa para pemberontak ini tidak berada selamanya di Irak dan Suriah,” kata Obama di Gedung Putih.
Para pejabat AS pun kemudian menegaskan bahwa pasukannya tidak akan dikirimkan ke wilayah Irak. Dilansir dari Reuters, setelah aparat keamanan meninggalkan pos keamanannya, pasukan militer mengatakan kota Saadiyah dan Jalawla telah jatuh ke tangan pemberontak.
Sejumlah desa di sekitar pegunungan Himreen yang menjadi tempat persembunyian para militan juga dikuasai para pemberontak. Sebelumnya, para militan ISIL telah menyerang dan menguasai kota Mosul dan berencana akan menuju ke Baghdad melawan pemerintahan Syiah.
Sementara itu, bangsa Kurdi yang menjalankan pemerintahan otonominya di utara memiliki kesempatan atas kekisruhan di sejumlah wilayah di Irak. Pasalnya, mereka dapat memperluas wilayahnya serta mengendalikan kota yang kaya akan minyak, kota Kirkuk dan sejumlah wilayah lainnya.
Pasukan peshmerga Kurdi pun dikerahkan untuk mengamankan kantor partai politiknya di Jalawla sebelum para pemberontak tiba di kota itu. Di antara keduanya pun diketahui tak berkonfrontasi. Pasukan militer Irak juga dilaporkan meluncurkan tembakan ke Saadiya dan Jalawla dari kota di dekat Muqdadiya.
Selain itu, menurut sumber keamanan, mereka juga membantu keluarganya melarikan diri menuju Khaniqin, wilayah di dekat perbatasan Iran. Obama sebelumnya juga menyatakan akan mempertimbangkan semua opsi untuk membantu Irak.
“Dalam konsultasi kami dengan Irak, akan ada beberapa hal yang harus dilakukan secara militer,” katanya.