Sabtu 14 Jun 2014 10:45 WIB

Denyut Islam di Jantung Sao Paolo

Red: Taufik Rachman
Masjid di Brasil
Masjid di Brasil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perasaan damai langsung menyeruak saat memasuki halaman mesjid (mesquita) di Avenida do Estado di kawasan Bras, Sao Paulo Brasil, Jumat (Sabtu WIB).

"Assamualaikum," sapa seorang pria berusia sekitar 40 tahun saat  memasuki halaman mesjid yang cukup luas dan asri itu untuk menunaikan sholat Jumat.

"Tempat wudhu ada di sebelah sana, ayo ikut saya," kata pria berwajah Timur Tengah itu dengan ramah.

Di dalam mesjid, terdapat sekitar 200 jemaah yang sedang khusyuk mendengarkan khotbah yang disampaikan dalam bahasa Arab. Sebagian besar jemaah adalah warga keturunan Arab dan Asia.

Diantara jemaah tersebut, juga terdapat beberapa warga negara Brunei yang sengaja datang ke Sao Paulo untuk menyaksikan pesta sepak bola Piala Dunia 2014.

Usai sholat, salah seorang pengurus mesjid mengingatkan agar tidak langsung pulang karena panitia sudah menyiapkan santap siang secara gratis, khusus untuk para jemaah.

Menu makanan yang disediakan ternyata tidak kalah dengan menu di hotel berbintang, seperti salad, nasi, steak daging sapi, roti, aneka buah-buah segar, kopi, teh dan minuman ringan lainnya.

"Wah, kalau di Indonesia, pasti mesjid ini sudah diserbu dan bukan tidak mungkin malah akan timbul kekacauan karena banyak orang yang berebut ingin makan gratis," kata seorang rekan wartawan peliput Piala Dunia 2014.

Meski gratis dan membangkitkan selera, tidak satu pun yang berebut dan semua mengantri dengan tertib. Jumlah makanan yang disuguhkan juga cukup banyak dan semua kebagian.

Pada saat makan siang di sebuah aula yang cukup luas dan nyaman itu, terjadilah dialog diantara sesama jemaah.

Jemaah tersebut berasal berbagai latar belakang, seperti warga Brazil keturunan Maroko, Filipina, Lebanon, atau para ekspatriat yang bekerja di Sao Paulo.

"Kami selalu menyediakan makan siang secara gratis yang merupakan hasil dari sumbangan para jemaah yang kebetulan punya uang," kata Muhammad Daffa, salah seorang pengurus mesjid.

"Kalau bulan Ramadhan, kami juga menyediakan makan untuk berbuka. Anda silahkan datang nanti untuk berbuka bersama," kata Daffa yang berasal dari Maroko dan beristrikan wanita asal Brasil.

Imam mesjid Dr Sheikh Abdel Hamid Metwally yang ditemui saat santap makan siang bersama itu mengatakan, mesjid di kawasan Bras tersebut adalah yang terbesar dan tertua di Brazil.

Menurut imam asal Mesir itu, populasi umat Islam Brazil masih sangat kecil, yaitu berkisar satu sampai 1,5 juta orang.

Brazil dengan penduduk sekitar 190 juta, merupakan negara dengan penganut katholik terbesar di seluruh dunia.

Selain itu, hampir di seluruh Brazil terdapat masjid-masjid yang sebagiannya dibiayai oleh negara-negara Muslim seperti Arab Saudi dan negara-negara di kawasan Teluk. Dibandingkan kota-kota lainnya di Brazil, denyut kehidupan komunitas Muslim dan kehadiran Islam paling terasa di kota Bras.

Menurut penuturan Sheikh Abdel Hamid, perkembangan Islam di Brasil berasal dari kedatangan imigran Arab pada 1920-an, kawasan Bras merupakan pusat pengembangan Islam di negara Samba tersebut.

Dari Bras, Islam kemudian berkembang dan menyebar ke kota-kota lainnya di Brasil dengan penganut yang tidak hanya mereka yang berasal dari keturunan Arab, tapi juga penduduk asli Brasil.

Pakar Islam dari Universitas Sao Paulo, Paulo Daniel Farah mengatakan bahwa agama Islam tumbuh hampir di seluruh negara Amerika Latin, khususnya di Brasil sejak budak-budak yang beragama Islam dari Afrika dibawa ke Brasil pada abad ke-19.

Di Brasil sejarah itu baru boleh mulai dipelajari di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pada tahun 2003 berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah Brasil.

Selain komunitas kulit hitam, komunitas kulit putih Brazil juga banyak yang masuk Islam. Salah satunya adalah Thamara Fonseca, 24, yang sudah berjilbab. Thamara yang berprofesi sebagai desainer pakaian itu mengatakan, para pelanggannya dan orang-orang Brasil pada umumnya menerima keislamannya.

"Mulanya, saya sering mendengar orang-orang di jalan berbisik-bisik lihat itu isteri Usamah bin Ladin dan Saddam Hussein, dia perempuan yang suka membom," tutur Thamara.

"Tapi sekarang, tidak ada lagi orang yang berbisik-bisik seperti itu. Malah banyak orang yang datang pada saya dan bertanya tentang Islam," tukas Thamara seperti yang dikutip laman eramuslim.com.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement