Senin 16 Jun 2014 04:00 WIB

Hanya 0,5 Persen Masyarakat Indonesia Bisa Baca Alquran

Rep: c91/ Red: Bilal Ramadhan
Mengaji dan membaca ALquran setelah Shalat (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Mengaji dan membaca ALquran setelah Shalat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Meski merupakan negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, namun hanya sekitar sekitar 0,5 persen umat Islam di Indonesia yang mampu membaca Alquran dengan baik. Menurut pengajar sekaligus penemu metode belajar bahasa Arab Mustaqilli, Agus Shohib Khoironi, seharusnya masyarakat lebih menyadari pentingnya bahasa Arab.

Ditemui dalam acara Silahturahmi Komunitas Pecinta Bahasa Arab Mustaqilli, di gedung Lembaga Pengembangan Perbankan Islam (LPPI), Kemang, Jakarta Selatan, (15/6), Agus mengungkapkan mimpi besarnya.

"Melalui belajar bahasa Arab, khususnya metode mustaqilli, orang dapat memahami bahasa hadis dan Alquran secara langsung," ujarnya.

Jika setiap orang mampu membaca dan memahami Alquran secaran baik, maka dapat meningkatkan ketakwaan, serta mampu mengajarkan kepada banyak orang. Dengan begitu, akan lahir generasi penerus bangsa yang berilmu, berahlak, dan beretika.

Bagi Agus, mimpi itu bisa menjadi kenyataan melalui metode Mustaqilli. Metode ini didesain agar orang lebih mudah mempelajari bahasa Arab, tanpa pandang umur. Ia menambahkan, dengan metode ini, hanya perlu waktu dua tahun, agar seseorang mampu memahami Alquran dan hadis.

Agus menjelaskan, berbeda dari metode lain, Mustaqilli tak sekedar mengutamakan kemampuan berbicara atau bercakap dalam bahasa Arab, melainkan dapat memahami isi Alquran dan hadist. Baginya, terlalu sederhana, bila belajar bahasa Arab hanya agar mampu bercakap menggunakan bahasa tersebut.

Ke depannya, penulis buku metode Mustaqilli yang best seller di Amazon, Amerika pada 2007 ini, berharap bahasa Arab terus meluas, dan lebih diminati. Kini ia tengah berusaha agar komunitas belajar bahasa Arab, tersedia pula di Bogor, Bekasi, dan daerah lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement