Senin 16 Jun 2014 09:34 WIB

Politisi Muslim Ini Akan Tercatat Dalam Sejarah di Australia

Rep: c64/ Red: Bilal Ramadhan
Bendera Australia (ilustrasi)
Bendera Australia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang wanita muslim ini akan menjadi wanita muslim pertama yang tercatat sejarah apabila berhasil masuk ke dalam jajaran parlemen Australia. Anjum Rahman akan bergabung dengan Partai Buruh sebagai salah satu kandidat calon anggota parlemen. Pemilihan umum Australia segera dilaksanakan pada September mendatang.

"Bagi saya, berjalan di ranah publik ini merupakan kelanjutan dari pekerjaan masyarakat yang telah saya lakukan," ujar Anjum Rahman, seperti dikutip Onislam (15/6).

Apa yang dilakukannya ini dianggap sebagai hal terbaik untuk menjadi langkah besar untuk membantu masyarakat dan mewakili imannya. "Aku akan sangat senang menjadi yang pertama, wanita berjilbab pertama yang duduk di parlemen, tetapi bukan itu satu-satunya tentang saya," lanjutnya.

Muslim keturunan India di New Zealand ini telah melaksanakan konferensi Partai Buruh, baru-baru ini. Dengan terdaftarnya Anjum Rahman, diharapkan ia menjadi salah datu kandidat yang termasuk dalam 30 besar dalam pemilihan umum September mendatang.

Tinggal di Hamilton, New Zealand selama 41 tahun, setelah pergi dari India pada 1972, kemudian ia mengenyam pendidikan lanjutannya di Australia. Saat ini ia telah memperoleh gelar Sarjana dan Magister Studi Manajemen dari Universitas Waikato dan bekerja sebagai akuntan yang profesional yang sudah berpengalaman selama 20 tahun lamanya.

Tak hanya seseorang yang sukses dalam karir, ibu dua anak ini juga merupakan wali dari dua organisasi yang berbasis di Australia, yaitu Shama dan Komunitas Broadcast Amal Waikato. Shaman merupakan komunitas etnis perempuan muslim di Australia.

Sedangkan Komunitas Broadcast Amal Waikato merupakan komunitas yang menjalankan Radio Free FM, di mana sebelumnya dikenal dengan Komunitas Hamilton.

Sebelumnya Anjum pernah menjabat sebagai Dewan Kota Hamilton pada tahun lalu. Kemudian, jika ia terpilih pada pemilu tahun ini, maka ia akan menjadi muslimah pertama dari New Zealand dalam sejarah anggota Parlemen Australia.

Ia berkata, jilbab dalam Islam sebagai kode wajib dalam berpakaian dan bukan simbol agama. Politisi calon memiliki sejumlah prioritas utama, termasuk mendukung usaha kecil dan menciptakan sebuah masyarakat di mana semua orang diikutsertakan di dalamnya.

"Dikarenakan, banyak masalah yang terjadi karena mereka merasa tidak dianggap sebagai bagian dari masyarakat atau merasa tidak dihargai. Saya membawa pemerintahan, dengan keterampilan dalam pengelolaan keuangan dan manajemen dari latar belakng pendidikan saya, serta karir profesional untuk menjalankan peran ini." katanya dalam website resminya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement