Senin 16 Jun 2014 22:06 WIB

Pabrik dan Tambang Liar Rusak Resapan Air Karawang Selatan

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Asep K Nur Zaman
Kerusakan lingkungan (ilustrasi)
Foto: Antara
Kerusakan lingkungan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG -- Keberadaan pabrik dan aksi penambangan liar di wilayah selatan Karawang, Jawa Barat, merusak daerah resapan air. Akibatnya, keberadaan air bawah tanah di wilayah tersebut semakin terancam. 

Hendro Wibowo, ketua Harian Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum (Forkadas C+) Kabupaten Karawang, mengatakan, wilayah selatan Karawang itu merupakan benteng pertahanan bagi kota dengan sebutan lumbung padi ini.

Dia mengingatkan, wilayah selatan merupakan area pegunungan, bahkan ada yang menjadi hutan lindung. "Wilayah itu jangan sampai rusak," ujar Hendro kepada Republika, Senin (16/6).

Akan tetapi, pada kenyataannya wilayah selatan telah berlaih fungsi. Banyak pabrik-pabrik berdiri dengan megahnya di wilayah itu. Keberadaan pabrik tersebut, secara otomatis akan mengancam sumber air bawah tanah, karena mereka mengambil airnya dari sumber air bawah tanah.

Tak hanya pabrik, sumber mata air bawah tanah ini semakin terancam dengan aksi penambangan liar. Hutan yang ada kini telah dirusak. Bila hutannya rusak, daerah serapan air akan ikut rusak.

Dengan begitu, dampaknya sumber-sumber mata air itu akan hilang seiring dengan makin gilanya eksplorasi tambang. Saat ini dampaknya memang belum terasa,  tetapi puluhan tahun mendatang efek negatif dari keberadaan pabrik dan aksi penambangan liar itu akan sangat terasa.

Karena itu, seharusnya pemerintah setempat sudah harus sadar akan ancaman bahaya dari kegiatan tersebut. "Kami sudah berkali-kali sosialisasi mengenai dampak maraknya pabrik dan eksplorasi tambang ke instansi terkait. Tapi, kegiatan tersebut masih tetap jalan," ujar Hendro.

Dia menyebutkan, industri yang ada di wilayah itu sebagian besar merupakan pabrik batako dan pengolahan hasil tambang. Biasanya, kalau muncul satu pabrik akan muncul sejumlah pabrik lainnya. Untuk itu, kerusakan alam di wilayah selatan harus segera diantisipasi sejak dini.

Sementara itu, Kepala UPTD Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Kecamatan Pangkalan, Agus Rahmat, mengatakan, pabrik dan penambangan liar telah merusak daerah resapan air. Bila musim hujan wilayah ini terancam akan dilanda bencana banjir.

Apalagi Pangkalan dialiri oleh tiga sungai, yakni Cibeet, Cigentis, dan Cicangor. Jika volume air tiga sungai itu naik, maka rumah-rumah penduduk akan terendam. "Kenapa bisa terjadi banjir, karena tidak ada lagi lahan yang mampu menyerap air," ujar Agus.

Soal penambangan liar, dia memrediksi, jika dibiarkan akan menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat Pangkalan. Pihaknya meminta supaya pemerintah (instansi terkait) segera meninjau kembali aksi penambangan ilegal ini. 

Sebelumnya, Bupati Karawang Ade Swara, mengaku geram dengan aksi penambangan ilegal di wilayah selatan itu. Dia meminta supaya aparat segera menindak tegas pelaku penambangan, apalagi eksplorasi batu andesit tersebut ilegal.

"Mereka tidak memiliki izin. Jadi, kegiatan mereka bisa dipidanakan," ujar Ade. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement