REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan cuaca di masa peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau menyebabkan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi masih turun hujan.
"Kondisi seperti ini paling tidak selama seminggu ke depan, tapi intensitasnya tidak tinggi," kata Kepala Subbidang Informasi Meteorologi Publik Kukuh Ribudiyanto Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika di di Jakarta, Selasa (17/6).
Gangguan tersebut, menurut dia, disebabkan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), pergerakan uap air dari barat ke timur dengan sirkulasi 40-90 hari. Tambahan uap air di bagian barat Indonesia menyebabkan banyak terjadi hujan beberapa hari belakangan ini, katanya.
Berdasarkan pantauan citra satelit, ujarnya, wilayah Pulau Jawa berpotensi hujan pada siang hari dan menjelang malam.
Ia mengatakan, wilayah yang mengalami hujan di masa transisi selain Jawa, antara lain Sumatera Bagian Utara, seluruh Kalimantan, Maluku, dan Papua bagian Barat.
Intensitas hujan, kata dia, tidak berpotensi menimbulkan bencana karena hujan terjadi dalam jangka pendek dan maksimal hanya dalam waktu dua jam.
Untuk wilayah Bogor dan Depok, ia memperkirakan hujan akan berlanjut lebih dari seminggu karena menunggu musim kemarau benar-benar masuk. "Bogor sepanjang tahun ada hujan karena kondisi lokal mereka letak geografis gunung," kata Kukuh.
Bila uap air telah memasuki wilayah Samudera Pasifik, cuaca akan kembali normal. Ia mengatakan Indonesia bagian selatan memasuki musim kemarau pada pertengahan bulan Juni. "Tapi, tetap ada hujan, hanya intensitasnya berkurang. Bulan Juli-Agustus puncak kemaraunya," katanya.