REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sebanyak 52 tahanan tewas selama serangan gerilyawan terhadap satu kantor polisi di Provinsi Diyala, Irak Timur, kata beberapa sumber medis dan keamanan pada Selasa.
"Pasukan keamanan memukul mundur serangan oleh gerombolan pejahat terhadap satu kantor polisi di Daerah Al-Mafraq di Baquba Barat dan menewaskan 52 tahanan akibat granat tangan dan bom mortir," kata Letnan Jenderal Qassim Atta, Juru Bicara Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki, kepada wartawan.
Atta juga mengkonfirmasi pasukan tersebut telah memukul mundur para penyerang di Ibu Kota Provinsi Diyala, Baquba, sekitar 65 kilometer di sebelah timurlaut Ibu Kota Irak, Baghdad.
Satu sumber polisi di provinsi itu menyebutkan jumlah tahanan yang tewas adalah 44, dan mengatakan laporan medis memperlihatkan sebagian dari mereka tewas akibat peluru, yang lain karena tercekik asap hingga tewas dan yang lain lagi terkena pecahan bom.
Kebanyakan tahanan yang tewas menghadapi dugaan dakwaan terkait aksi teror, dan beberapa ditahan dengan dakwaan pidana, kata sumber tersebut kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.
Namun warga di kota itu menganggap pasukan keamanan bertanggung jawab atas pembunuhan tahanan tersebut, tapi pemerintah membantah tuduhan itu, kata sumber provinsi tersebut.
Pada Selasa pagi, Mayor Jenderal Jamil Ash-Shimary, Kepala Polisi Diyala memberitahu Xinhua bahwa ratusan gerilyawan Sunni, termasuk anggota Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), cabang Al Qaida, menyerang pinggiran barat Baquba dan terlibat bentrokan sengit dengan tentara.
Bentrokan itu, yang meletus pada Senin larut malam dan berlanjut sampai Selasa pagi, menewaskan sembilan gerilyawan dan dua polisi, selain melukai enam polisi, akibat serangan terhadap kantor polisi dan satu pangkalan lain militer di Daerah Al-Mafraq, kata Ash-Shimary.
Provinsi Diyala, yang membentang dari ujung timur Baghdad sampai ke perbatasan Iran, telah lama menjadi kubu kelompok gerilyawan Al Qaida dan pusat perlawanan serta bentrokan sektarian sejak serbuan pimpinan AS pada 2003.
Merosotnya keamanan di Irak meletus pekan lalu, ketika bentrokan berdarah meletus antara pasukan keamanan Irak dan ratusan pria bersenjata yang merebut beberapa permukiman di bagian barat Mosul dan belakangan meluas ke provinsi serta daerah lain setelah pasukan keamanan Irak mundur dari kota itu.