REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak menentang keinginan negara-negara Barat yang hendak merangkul Arab Saudi untuk menyelesaikan konflik di negeri seribu satu malam. Arab Saudi yang mayoritas Muslim Sunni diminta AS untuk membantu penyelesaian krisis yang tengah terjadi di Irak.
Konflik yang terjadi di Irak disebut-sebut terjadi akibat pertentangan sektarian. Kelompok Negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL) memperotes Pemerintah Irak yang dipimpin oleh Kelompok Syiah. Kelompok sunni garis keras ini mengatakan telah terjadi diskriminasi besar kepada mereka sejak Pemerintah Irak dipimpin oleh Nuri al-Maliki, seorang syiah.
AS meminta Irak merangkul politisi sunni Arab Saudi, yang dikatakan dapat membantu penyelesaian konflik sektarian. AS juga menetapkan hal ini sebagai syarat negaranya dapat membantu Pemerintah Irak.
Sebelumnya, Pemerintah Irak meminta bantuan AS untuk mengehntikan gerakan ISIL yang semakin merajalela di negara itu.
Pemerintah Irak menuding Arab Saudi sebagai pemicu kekuatan ISIL. Arab Suadi dikatakan oleh Pemerintah Irak, telah mendanai kelompok sunni garis keras, baik dari keperluan senjata dan hal lain yang dibutuhkan ISIL.
"Arab Saudi bertanggung jawab atas dukungan yang ia berikan pada ISIL baik secara finansial dan moral, yang membuat pertumpahan darah di Irak terjadi," ujar pernyataan dari Pemerintah Irak, dilansir Reuters, Selasa (17/6).
Saudi membantah keras tuduhan tersebut. Pemerintah Arab Saudi mengatakan sektarianisme di Baghdad adalah penyebab utama serangan-serangan terjadi di Irak.