REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jatim, Hadi Prasetyo meyakini kunci utama menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 adalah sumber daya manusia (SDM).
"Tidak mungkin pemerintah memberi pendidikan kepada masyarakat tanpa ada peran serta perguruan tinggi," kata Hadi, ditemui di Seminar dan Lokakarya Forum UKM Indoneisia Siaga Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Universitas Airlangga Surabaya, Rabu (18/6).
Oleh sebab itu, ucap dia, peran Indonesia terhadap MEA 2015 juga sangat penting. Penyebabnya, Indonesia mendominasi 40 persen penduduk ASEAN. Bahkan, dari sisi Produk Domestik Bruto per kapita, negeri ini menempati peringkat kelima. "Jadi UKM harus jadi garda terdepan, mengingat pasar terbesar ada di Indonesia," ujarnya.
Di sisi lain, jelas dia, saat ini yang perlu dibangun oleh pemerintah dalam menghadapi MEA 2015 adalah etos kerja khususnya di tingkat Usaha Kecil Menengah (UKM). Selain itu, hal terpenting berikutnya yakni investasi.
"Khusus di ASEAN, investasi Indonesia yang berupa sektor riil menempati nomer dua, sedangkan peringkat pertama ditempati Singapura," tuturnya.
Namun, tambah dia, seiring perkembangan infrastruktur di Indonesia maka negeri ini bisa mencatatkan investasi yang kian meningkat, dan idealnya perlu didukung SDM serta campur tangan pemerintah.
"Terkait tantangan investasi Indonesia saat ini antara lain rendahnya cadangan modal, keterbatasan infrastruktur, isu korupsi dan desentralisasi, ketidakpastian hukum, investasi bernilai tambah kecil, dan langkah yang kontra produktif terhadap investasi," paparnya.
Sementara, sebut dia, kini perkembangan UKM di Jatim menunjukkan kondisi yang kian membaik. Apalagi, jumlah mereka sekarang mampu mencapai 6,8 juta di Jatim. Dari angka tersebut 85 persen merupakan pengusaha UKM di tingkat usaha mikro.
"Besaran 6,8 juta UKM tersebut juga termasuk kalangan petani pemilik tanah, koperasi, di mana sebanyak 70-75 persen adalah koperasi simpan pinjam. Lalu, sekaligus usaha mikro yang bergerak di sektor pengolahan dengan jumlah 778.000 pengusaha," ujarnya.