REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syahganda Nainggolan, Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), mengatakan gagasan calon presiden Prabowo Subianto untuk membangun 2 juta hektare sawah dinilai sebagai hal realistis yang bisa dilakukan pada pemerintahan mendatang. Ia juga menilai jika gagasan ini dilakukan akan bisa memberi efek ganda mewujudkan kedaulatan pangan.
''Kuncinya nanti terletak pada kebijakan pemerintah yang tidak hanya cukup dalam bentuk regulasi saja. Tetapi memerlukan konsistensi keberpihakan terus-menerus kepada rakyat, terutama kelompok petani,'' kata Syahganda di Jakarta, Rabu (18/6).
Syahganda mengatakan, saat ini sekitar 60 persen rakyat Indonesia masih bekerja dan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. ''Meski mayoritas, tapi sungguh disayangkan karena petani kita seperti ditakdirkan hidup sebagai warga negara kelas dua, bahkan terpinggirkan,'' ujarnya.
Ditambahkannya, hal itu terjadi karena sumber kehidupan para petani kurang diperhatikan. Termasuk, kata dia, akses pada modal usaha yang selama ini kerap dinomorduakan. Lalu, tambahnya, kucuran kredit untuk sektor pertanian juga tidak segencar layaknya di sektor konsumsi dan properti yang begitu diagungkan pelayanannya oleh perbankan.
''Data Bank Indonesia menyebutkan, kredit untuk sektor pertanian tak lebih 10 persen dari total kredit yang disalurkan. Banyak bank menghindar mengucurkan kredit ke sektor pertanian dengan alasan penuh risiko,'' jelasnya.
Sementara itu dalam agenda Prabowo untuk mencapai kedaulatan pangan nasional, Syahganda mengatakan, produksi pangan utama Indonesia harus mampu tumbuh signifikan atau jauh lebih besar dari tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahun. ''Jika mampu dapat melebihi tingkat kenaikan permintaan dunia berikut tingkat kenaikan pendapatan penduduk per kapita atau pertumbuhan ekonomi nasional.''