Rabu 18 Jun 2014 16:21 WIB

KPK Belum Cegah Yunus, Saksi Kunci Suap Bupati Biak

Rep: C62/ Red: Djibril Muhammad
Penetapan Wali Kota Palembang Menjadi Tersangka Juru Bicara KPK, Johan Budi memberi keterangan kepada wartawan terkait penetapan Wali Kota Palembang Romi Herton sebagai tersangka di Gedung KPK, Jakarta, Senin (16/6).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Penetapan Wali Kota Palembang Menjadi Tersangka Juru Bicara KPK, Johan Budi memberi keterangan kepada wartawan terkait penetapan Wali Kota Palembang Romi Herton sebagai tersangka di Gedung KPK, Jakarta, Senin (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum mengirim surat cegah ke Direktorat Jenderal Imigrasi untuk mencegah Yunus Lembolo bepergian ke luar negeri.

"Sampai saat ini kami belum menerima surat permintaan cegah untuk Yunus dari KPK," kata Kasubag Humas Dirjen Imigrasi Yan Wely, saat dihubungi Republika, Rabu (18/6).

Juru Bicara KPK Johan Budi SP mengatakan, pihaknya memang belum mengirimkan surat cegah untuk Yunus Lembolo. "Belum ada kalau (surat cegah untuk Yunus)," katanya.

Seperti diketahui Yunus adalah satu dari enam yang diamankan Penyidik KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Hotel Acacia Kramat Raya, Jakarta Pusat.

KPK mengamankan Teddy Renyut dan Yesaya Sombuk pada Senin pukul 21.30 WIB. Dalam OTT itu KPK turut mengamankan dua sopir dan satu ajudan. Setelah OTT itu, mereka langsung dibawa ke Gedung KPK untuk diperiksa secara intensif.

Setelah penyidik melakukan pemeriksaan 1 X 24 jam dari enam terperiksa itu, KPK hanya menetapkan dua orang tersangka dan sekaligus menahan Bupati Biak Numfor Yesaya Sombuk dan Dirut PT Papua Indah Perkasa Teddy Renyut.

Keduanya ditetapkan sebagai tersangka pada kasus dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait dengan pengurusan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun anggaran 2014 pada Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) untuk proyek pembangunan Talud di Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement